BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Masalah-masalah Belajar
Masalah adalah ketidaksesuaian antara
harapan dengan kenyataan, ada yang melihat sebagai tidak terpenuhinya kebutuhan
seseorang, dan adapula yang mengartikannya sebagai suatu hal yang tidak
mengenakkan. Prayitno (1985) mengemukakan bahwa masalah adalah
sesuatu yang tidak disukai adanya, menimbulkan kesulitan bagi diri sendiri dan
atau orang lain, ingin atau perlu dihilangkan. Pengertian belajar dapat
didefinisikan sebagai sesuatu proses yang dilakukan individu untuk memperoleh
suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil
pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Belajar
adalah proses perubahan pengetahuan atau perilaku sebagai hasil dari
pengalaman. Pengalaman ini terjadi melalui interaksi antara individu dengan
lingkungannya.( Anita E, Wool Folk, 1995
: 196 ).
Menurut Garry dan Kingsley, belajar
adalah proses tingkah laku (dalam arti luas), ditimbulkan atau diubah melalui
praktek dan latihan. Sedangkan menurut Gagne
(1984: 77), belajar adalah suatu
proses dimana suatu organisasi berubah perilakunya sebagai akibat pengalaman.
Dari definisi masalah dan belajar maka masalah belajar dapat diartikan atau
didefinisikan sebagai suatu kondisi tertentu yang dialami oleh murid dan
menghambat kelancaran proses yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu
perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan. Kondisi tertentu itu dapat
berkenaan dengan keadaan dirinya yaitu berupa kelemahan-kelemahan dan dapat
juga berkenaan dengan lingkungan yang tidak menguntungkan bagi dirinya. Masalah-masalah belajar ini tidak hanya
dialami oleh murid-murid yang lambat saja dalam belajarnya, tetapi juga dapat
menimpa murid-murid yang pandai atau cerdas. Dalam interaksi belajar mengajar
siswa merupakan kunci utama keberhasilan belajar selama proses belajar yang
dilakukan. Proses belajar merupakan aktivitas psikis berkenaan dengan bahan
belajar.
BAB
II
PEMBAHASAN
B.
Materi
Masalah-masalah Belajar
2.1 Pengertian Masalah Belajar
Masalah belajar adalah suatu
kondisi tertentu yang dialami oleh siswa dan menghambat kelancaran proses
belajar, bisa berkenaan dengan keadaan diri siswa itu sendiri ataupun berkenaan
dengan lingkungan yang tidak menguntungkan. Hal ini merupakan pertanda bahwa
belajar merupakan kegiatan yang dinamis, sehingga perlu secara terus menerus
mencermati perubahan-perubahan yang terjadi pada siswa.
Pada
dasarnya, masalah-masalah belajar dapat digolongkan atas :
1.
Keterlambatan akademik
2.
Sangat cepat dalam belajar
3.
Lambat belajar
4.
Penempatan kelas
5.
Kurang motif dalam belajar
6.
Sikap dan kebiasaan belajar yang buruk
7.
Kehadiran di sekolah
2.2 Faktor-Faktor
Penyebab Terjadinya Masalah Belajar
Masalah-masalah belajar baik intern
maupun ekstern dapat dikaji dari dimensi guru maupun dimensi siswa, sedangkan
dikaji dari tahapannya, masalah belajar dapat terjadi pada waktu sebelum
belajar, selama proses belajar dan sesudahnya, sedangkan dari dimensi guru,
masalah belajar dapat terjadi sebelum kegiatan belajar, selama proses belajar
dan evaluasi hasil belajar. Masalahnya sering kali berkaitan dengan
pengorganisasian belajar.
A.
Faktor Internal
1.
Ciri Khas/Karakteristik Siswa
Dapat dilihat dari kesediaan siswa
untuk mencatat pelajaran, mempersiapkan buku, alat-alat tulis atau hal-hal yang
diperlukan.Namun, bila siswa tidak memiliki minat untuk belajar, maka siswa
tersebut cenderung mengabaikan kesiapan belajar.
2.
Sikap terhadap Belajar
Sikap siswa dalam proses belajar,
terutama sekali ketika memulai kegiatan belajar merupakan bagian penting untuk
diperhatikan karena aktivitas belajar siswa banyak ditentukan oleh sikap siswa
ketika akan memulai kegiatan belajar. Namun, bila lebih dominan sikap menolak
sebelum belajar maka siswa cenderung kurang memperhatikan atau mengikuti
kegiatan belajar.
3.
Motivasi Belajar
Di dalam aktivitas belajar, motivasi
individu dimanfestasikan dalam bentuk ketahanan atau ketekunan dalam belajar,
kesungguhan dalam menyimak, mengerjakan tugas dan sebagainya.Umumnya kurang
mampu untuk belajar lebih lama, karena kurangnya kesungguhan di dalam
mengerjakan tugas.Oleh karena itu, rendahnya motivasi merupakan masalah dalam
belajar yang memberikan dampak bagi tercapainya hasil belajar yang diharapkan.
4.
Konsentrasi Belajar
Kesulitan berkonsentrasi merupakan
indikator adanya masalah belajar yang dihadapi siswa, karena hal itu akan
menjadi kendala di dalam mencapai hasil belajar yang diharapkan. Untuk membantu
siswa agar dapat berkonsentrasi dalam belajar tentu memerlukan waktu yang cukup
lama, di samping menuntut ketelatenan guru.
5.
Mengelola Bahan Ajar
Siswa mengalami kesulitan di dalam
mengelola bahan, maka berarti ada kendala pembelajaran yang dihadapi siswa yang
membutuhkan bantuan guru. Bantuan guru tersebut hendaknya dapat mendorong siswa
agar memiliki kemampuan sendiri untuk terus mengelola bahan belajar, karena
konstruksi berarti merupakan suatu proses yang berlangsung secara dinamis.
6.
Rasa Percaya Diri
Salah satu kondisi psikologis seseorang
yang berpengaruh terhadap aktivitas fisik dan mental dalam proses pembelajaran
adalah rasa percaya diri. Rasa percaya diri umumnya muncul ketika seseorang
akan melakukan atau terlibat di dalam suatu aktivitas tertentu di mana
pikirannya terarah untuk mencapai sesuatu hasil yang diinginkannya. Hal-hal ini
bukan merupakan bagian terpisah dari proses belajar, akan tetapi merupakan
tanggung jawab yang harus diwujudkan guru bersamaan dengan proses pembelajaran
yang dilaksanakan.
7.
Kebiasaan Belajar
Adalah perilaku belajar seseorang yang
telah tertanam dalam waktu yang relatif lama sehingga memberikan ciri dalam
aktivitas belajar yang dilakukan. Ada beberapa bentuk kebiasaan belajar yang
sering dijumpai seperti, belajar tidak teratur, daya tahan rendah, belajar
hanya menjelang ulangan atau ujian, tidak memiliki catatan yang lengkap, sering
datang terlambat, dan lain-lain
Jenis-jenis
kebiasaan belajar di atas merupakan bentuk-bentuk perilaku belajar yang tidak
baik karena mempengaruhi aktivitas belajar siswa dan dapat menyebabkan
rendahnya hasil belajar yang diperoleh.
8.
Tingkat Kecerdasan Rendah
Walaupun tingkat kecerdasan seorang
siswa bkanlah nilai mutlak dan berubah-ubah, hal ini tetap saja dapat menjadi
salah satu faktor penentu keberhasilan belajar.Tingkat kecerdasan atau
kemampuan dasar yang rendah bisa menjadi salah satu penyebab kesulitan belajar
pada diri siswa.
9. Kesehatan,
Gangguan Fungsi Alat Indera, dan Alat Perseptual
Kondisi tubuh yang sakit, kurang gizi dan
vitamin dapat menyebabkan kurang maksimalnya proses belajar. Begitupun jika
terjadi gangguan pada fungsi alat indera, seperti gangguan penglihatan dan
pendengaran yang dapat secara langsung menjadi penyebab terjadinya keslitan
dalam belajar. Hal yang sama juga dapat terjadi jika terdapat gangguan dalam
proses penafsiran pesan di otak (alat perseptual).
B.
Faktor Eksternal
1.
Guru
Guru harus mengembangkan strategi
pembelajaran yang tidak hanya menyampaikan informasi, melainkan juga mendorong
para siswa untuk belajar secara bebas dalam batas-batas yang ditentukan. Bila
dalam proses pembelajaran, guru mampu mengaktualisasikan tugas-tugas guru
dengan baik, mampu memotivasi, membimbing dan memberi kesempatan secara luas
untuk memperoleh pengalaman, maka siswa akan mendapat dukungan yang kuat untuk
mencapai hasil belajar yang diharapkan, namun jika guru tidak dapat
melaksanakannya, siswa akan mengalami masalah yang dapat menghambat pencapaian
hasil belajar mereka.
Menurut Lindgren, (1967 : 55)
bahwa lingkungan sekolah, terutama guru. Guru yang akrab dengan murid,
menghargai usaha-usaha murid dalam belajar dan suka memberi petunjuk kalau
murid menghadapi kesulitan, akan dapat menimbulkan perasaan sukses dalam diri
muridnya dan hal ini akan menyuburkan keyakinan diri dalam diri murid. Melalui
contoh sikap sehari-hari, guru yang memiliki penilaian diri yang positif akan
ditiru oleh muridnya, sehingga murid-muridnya juga akan memiliki penilaian diri
yang positif.
Jadi jelaslah bahwa guru yang
kurang akrab dengan murid, kurang menghargai usaha-usaha murid maka murid akan
merasa kurang diperhatikan dan akan mengakibatkan murid itu malas belajar atau
kurangnya minat belajar sehingga anak itu akan mengalami kesulitan belajar.
Keberhasilan seorang murid dipengaruhi oleh faktor-faktor yang berasal dari
sekolah seperti guru yang harus benar-benar memperhatikan peserta didiknya.
Menurut Belmon
dan Morolla (1971 : 107) menyimpulkan dari hasil penelitiannya, bahwa anak-anak
yang berasal dari keluarga yang banyak jumlah anak, mempunyai keterampilan
intelektual lebih rendah daripada anak-anak yang berasal dari keluarga yang
jumlah anaknya sedikit.
2.
Keluarga (rumah)
Masalah-masalah dalam keluarga dapat
menyita pikiran dan konsentrasi anak untuk fokus dalam belajar, beberapa
diantaranya adalah;
1. Keluarga tidak utuh atau kurang harmonis.
2. Sikap orang tua yang tidak memperhatikan
pendidikan anaknya
3. Keadaan ekonomi.
4. Harapan orang tua yang terlalu tinggi
5. Orang tua yang pilih kasih
3.
Lingkungan Sosial (Teman Sebaya)
Lingkungan sosial dapat memberi dampak
positif dan negatif terhadap siswa. Contoh seorang siswa bernama Rudi yang
terpengaruh teman sebayanya dengan kebiasaan rekan-rekannya yang baik, maka
akan berdampak positif dan sebaliknya. Tidak sedikit siswa yang mengalami
peningkatan hasil belajar karena pengaruh teman sebayanya yang mampu memberi
motivasi kepadanya untuk belajar.
4.
Kurikulum Sekolah
Kurikulum merupakan panduan yang
dijadikan guru sebagai rangka atau acuan untuk mengembangkan proses
pembelajaran. Seluruh aktivitas pembelajaran, maka dipastikan kurikulum tidak
akan mampu memenuhi tuntunan perubahan dimana perubahan kurikulum pada sisi
lain juga menimbulkan masalah, yaitu :
(a)
Tujuan yang akan dicapai berubah
(b) Isi pendidikan berubah
(c) Kegiatan belajar
mengajar berubah
(d) Evaluasi belajar
5.
Sarana dan Prasarana
Ketersediaan prasarana dan sarana
pembelajaran berdampak pada terciptanya iklim pembelajaran yang kondusif. Terjadinya kemudahan bagi siswa untuk
mendapatkan informasi dan sumber belajar yang pada gilirannya dapat mendorong
berkembangnya motivasi untuk mencapai hasil belajar yang lebih baik. Oleh
karena itu sarana dan prasarana menjadi bagian yang penting untuk tercapainya
upaya mendukung terwujudnya proses pembelajaran yang diharapkan.
2.3 Jenis-Jenis
Masalah Belajar Siswa
Kesulitan
belajar siswa mencakup pengertian yang luas, diantaranya : (a) learning
disorder; (b) learning disfunction; (c) underachiever; (d) slow learner, dan
(e) learning diasbilities. Di bawah ini akan diuraikan dari masing-masing
pengertian tersebut.
1.
Learning Disorder atau kekacauan belajar
adalah keadaan dimana proses belajar seseorang terganggu karena timbulnya
respons yang bertentangan. Pada dasarnya, yang mengalami kekacauan belajar,
potensi dasarnya tidak dirugikan, akan tetapi belajarnya terganggu atau
terhambat oleh adanya respons-respons yang bertentangan, sehingga hasil belajar
yang dicapainya lebih rendah dari potensi yang dimilikinya. Contoh : siswa yang
sudah terbiasa dengan olah raga keras seperti karate, tinju dan sejenisnya,
mungkin akan mengalami kesulitan dalam belajar menari yang menuntut gerakan
lemah-gemulai.
2.
Learning Disfunction merupakan gejala
dimana proses belajar yang dilakukan siswa tidak berfungsi dengan baik,
meskipun sebenarnya siswa tersebut tidak menunjukkan adanya subnormalitas
mental, gangguan alat dria, atau gangguan psikologis lainnya. Contoh : siswa
yang yang memiliki postur tubuh yang tinggi atletis dan sangat cocok menjadi
atlet bola volley, namun karena tidak pernah dilatih bermain bola volley, maka
dia tidak dapat menguasai permainan volley dengan baik.
3.
Under Achiever mengacu kepada siswa
yang sesungguhnya memiliki tingkat potensi intelektual yang tergolong di atas
normal, tetapi prestasi belajarnya tergolong rendah. Contoh : siswa yang telah
dites kecerdasannya dan menunjukkan tingkat kecerdasan tergolong sangat unggul
(IQ = 130 – 140), namun prestasi belajarnya biasa-biasa saja atau malah sangat
rendah.
4.
Slow Learner atau lambat belajar
adalah siswa yang lambat dalam proses belajar, sehingga ia membutuhkan waktu
yang lebih lama dibandingkan sekelompok siswa lain yang memiliki taraf potensi
intelektual yang sama.
5.
Learning Disabilities atau ketidakmampuan
belajar mengacu pada gejala dimana siswa tidak mampu belajar atau
menghindari belajar, sehingga hasil belajar di bawah potensi intelektualnya.
Jenis dan tingkat
kesulitan yang dialami oleh siswa tidak sama karena secara konseptual berbeda
dalam memahami bahan yang dipelajari secara menyeluruh. Perbedaan tingkat
kesulitan ini bisa disebabkan tingkat pengusaan bahan sangat rendah, konsep
dasar tidak dikuasai, bahkan tidak hanya bagian yang sulit tidak dipahami,
mungkin juga bagian yang sedang dan mudah tidak dapat dikuasai dengan baik.
Siswa
yang mengalami kesulitan belajar seperti tergolong dalam pengertian di atas
akan tampak dari berbagai gejala yang dimanifestasikan dalam perilakunya, baik
aspek psikomotorik, kognitif, konatif maupun afektif .
Beberapa
perilaku yang merupakan manifestasi gejala kesulitan belajar, antara lain :
1.
Menunjukkan hasil belajar yang rendah di bawah rata-rata nilai yang dicapai
oleh kelompoknya atau di bawah potensi yang dimilikinya.
2.
Hasil yang dicapai tidak seimbang dengan usaha yang telah dilakukan. Mungkin
ada siswa yang sudah berusaha giat belajar, tapi nilai yang diperolehnya selalu
rendah
3.
Lambat dalam melakukan tugas-tugas kegiatan belajarnya dan selalu tertinggal
dari kawan-kawannya dari waktu yang disediakan.
4.
Menunjukkan sikap-sikap yang tidak wajar, seperti: acuh tak acuh, menentang,
berpura-pura, dusta dan sebagainya.
5.
Menunjukkan perilaku yang berkelainan, seperti membolos, datang terlambat,
tidak mengerjakan pekerjaan rumah, mengganggu di dalam atau pun di luar kelas,
tidak mau mencatat pelajaran, tidak teratur dalam kegiatan belajar, dan
sebagainya.
6.
Menunjukkan gejala emosional yang kurang wajar, seperti : pemurung, mudah
tersinggung, pemarah, tidak atau kurang gembira dalam menghadapi situasi
tertentu. Misalnya dalam menghadapi nilai rendah, tidak menunjukkan perasaan
sedih atau menyesal, dan sebagainya.
2.4 Mengenal dan Membantu Siswa dalam Mengalami
Kesulitan Belajar
Dalam hal ini, para pendidik dapat
mengetahui atau menentukan siapa saja siswa yang mengalami masalah belajar
melalui beberapa prosedur, yaitu:
1.
Identifikasi
Suatu kegiatan yang diarahkan untuk
menemukan siswa yang mengalami kesulitan belajar, yaitu mencari informasi
tentang siswa dengan melakukan :
a) Penilaian Hasil Belajar
·
Penilaian
Acuan Patokan (PAP), mengacu kepada persentase hasil evaluasi dan penguasaan
siswa terhadap bahan ajar atau materi yang telah ditetapkan.
· Penilaian Acuan Norma (PAN), berpedoman
kepada pengelompokan siswa berdasarkan penilaian hasil evaluasi belajar.
b) Pemanfaatan Hasil Tes Intelegensi
Hasil belajar yang dicapai siswa pada
dasarnya dapat mencerminkan kemampuan dasar atau intelegensi siswa tersebut. Intelegensi yang tinggi diharapkan dapat
seimbang dengan perolehan hasil belajar. Dengan cara ini, guru dapat mengetahui
apakah siswanya telah belajar secara optimal atau malah sebaliknya. Jika yang
terjadi tidak sesuai dengan yang seharusnya, maka dapat dikatakan bahwa siswa
tersebut mengalami masalah belajar.
c)
Observasi
Dalam hal ini, cara yang dilakukan
sangat sederhana yakni berkaitan dengan interaksi antara guru dan siswanya.
Dengan cara ini, para guru diharapkan mampu mengetahui dan memanfaatkan peluang
dalam mengamati keadaan masing-masing siswa secara lebih mendalam.
2. Diagnosis
Berupa keputusan atau penentuan mengenai
hasil dari pengelolaan data tentang siswa yang mengalami kesulitan belajar dan
jenis kesulitan yang dialami siswa.
3. Prognosis
Prognosis merujuk pada aktivitas
penyusunan rencana atau program yang diharapkan dapat membantu mengatasi
masalah kesulitan belajar siswa.
4.
Terapi
Terapi di sini adalah pemberian
bantuan kepada anak yang mengalami kesulitan belajar sesuai dengan program yang
telah disusun pada tahap prognosis. Bentuk terapinya antara lain:·
Bimbingan
belajar kelompok · Menjalin komunikasi yang baik
Bimbingan
belajar individu · Pembinaan sikap dan kebiasaan belajar yang
baik
Pengajaran
remedial · Usaha peningkatan motivasi
Pemberian
bimbingan pribadi · Alih tangan kasus
5.
Tindak Lanjut
Usaha untuk mengetahui keberhasilan
bantuan yang telah diberikan kepada siswa dan tindak lanjut yang didasari
evaluasi.
BAB
III
PENUTUP
C.
Rangkuman
3.1 Kesimpulan
1. Masalah belajar adalah suatu kondisi kondisi
tertentu yang dialami oleh siswa dan menghambat kelancaran proses belajar, bisa
berkenaan dengan keadaan diri siswa itu sendiri ataupun berkenaan dengan
lingkungan yang tidak menguntungkan
2. Masalah-masalah dalam belajar yang dialami
siswa dapat dipengarhi oleh faktor internal yang berasal dari siswa itu sendiri
dan faktor eksternal berupa pengaruh lingkungan sekolah, keluarga, maupn
lingkngan sosial.
3. Guru hendaknya mampu mengetahui dan membantu
siswa dalam mengatasi masalah dan kesulitan belajar yang dialami.
4. Komunikasi dari orang tua di rumah
5. Upayakan
ruang belajar yang nyaman
3.2 Saran
Kesulitan siswa dalam belajar
merupakan suatu hal yang sering ditemui oleh para pendidik, terutama guru. Sebagai
upaya untuk memberikan terapi terhadap permasalahan kesulitan belajar maka
dapat ditempuh melalui berbagai media penanganan yang khusus intensif serta
terpadu antara pendidik, siswa dan orang tua di rumah. Karena walau
bagaimanapun juga sebagian waktu anak lebih banyak dihabiskan di rumah dari pada
di sekolah di bawah pengawasan orang tua.
Dalam
hal ini pendidik dalam hal ini guru di sekolah dan orang tua di rumah dituntut
untuk benar-benar mengerti akan tipe atau jenis masalah yang dihadapi oleh
siswa atau anak. Dengan memahami jenis masalah, diharapkan pendidik mampu
memberikan solusi penanggulangan sesuai dengan masalah yang bersangkutan.
D.
Latihan Soal
1. Apa
saja factor-faktor penyebab masalah
belajar ?
2. Bagaimanakah
cara pendidik mengenal dan membantu siswa yang mengalami masalah dan kesulitan
belajar yang dialami ?
3. Sebutkan dan jelaskan jenis-jenis masalah belajar ?
4. Apa saja perilaku yang merupakan manifestasi
gejala kesulitan belajar ?
5. Apakah masalah-masalah dalam keluarga dapat
menyita pikiran dan konsentrasi anak untuk fokus dalam belajar ?
6. Apakah jenis dan tingkat kesulitan yang
dialami oleh siswa itu sama atau
tidak sama ?
7. Bagaimana cara pendidik memberi solusi menanggulangi
masalah belajar pada siswa ?
8. Bagaimana cara menuntun anak agar pekerjaan rumah
dikerjakan sendiri dalam situasi menyenangkan ?
9. Alernatif
apakah yang dilakukan untuk mengatasi
problematika kemalasan siswa ?
10. Apa saja sebab-sebab yang mungkin
mengakibatkan timbulnya kesulitan belajar ?
E.
Kunci Jawaban Soal
1.
Masalah-masalah dalam belajar yang
dialami siswa dapat dipengarhi oleh beberapa
factor, diantaranya faktor internal yang berasal
dari siswa itu sendiri dan faktor eksternal berupa pengaruh lingkungan sekolah,
keluarga, maupun
lingkungan social.
2.
Cara
pendidik dapat mengetahui atau menentukan siapa saja siswa yang mengalami
masalah belajar ada berbagai cara diantaranya melakukan identifikasi suatu kegiatan yang diarahkan untuk
menemukan siswa yang mengalami kesulitan belajar, yaitu mencari informasi tentang
siswa dengan melakukan penilaian
hasil belajar, pemanfaatan hasil tes intelegensi, observasi, diagnosis berupa keputusan atau penentuan mengenai
hasil dari pengelolaan data tentang siswa yang mengalami kesulitan belajar dan
jenis kesulitan yang dialami siswa,
prognosis merujuk pada aktivitas penyusunan
rencana atau program yang diharapkan dapat membantu mengatasi masalah kesulitan
belajar siswa dan terapi serta tindak lanjut saha untuk mengetahui keberhasilan
bantuan yang telah diberikan kepada siswa dan tindak lanjut yang didasari
evaluasi.
3. Faktor-faktor kesulitan belajar siswa
mencakup learning disorder, learning disfunction, underachiever, slow learner dan learning
disabilities.
Learning Disorder atau
kekacauan belajar adalah keadaan dimana proses belajar
seseorang terganggu karena timbulnya respons yang bertentangan. Learning
Disfunction merupakan gejala dimana proses belajar
yang dilakukan siswa tidak berfungsi dengan baik, meskipun sebenarnya siswa
tersebut tidak menunjukkan adanya subnormalitas mental, gangguan alat dria,
atau gangguan psikologis lainnya. Contoh
: siswa yang yang memiliki postur tubuh yang tinggi atletis dan sangat cocok
menjadi atlet bola volley, namun karena tidak pernah dilatih bermain bola
volley, maka dia tidak dapat menguasai permainan volley dengan baik. Under
Achiever mengacu kepada siswa yang sesungguhnya memiliki
tingkat potensi intelektual yang tergolong di atas normal, tetapi prestasi
belajarnya tergolong rendah. Contoh : siswa yang telah dites kecerdasannya dan
menunjukkan tingkat kecerdasan tergolong sangat unggul (IQ = 130 – 140), namun
prestasi belajarnya biasa-biasa saja atau malah sangat rendah. Slow
Learner atau lambat belajar adalah siswa yang lambat dalam
proses belajar, sehingga ia membutuhkan waktu yang lebih lama dibandingkan
sekelompok siswa lain yang memiliki taraf potensi intelektual yang sama. Learning
Disabilities atau ketidakmampuan belajar mengacu pada gejala
dimana siswa tidak mampu belajar atau menghindari belajar, sehingga hasil
belajar di bawah potensi intelektualnya.
4. Perilaku yang merupakan manifestasi
gejala kesulitan belajar yakni Menunjukkan
hasil belajar yang rendah di bawah rata-rata nilai yang dicapai oleh
kelompoknya atau di bawah potensi yang dimilikinya, hasil yang dicapai tidak seimbang dengan
usaha yang telah dilakukan,
lambat dalam melakukan tugas-tugas
kegiatan belajarnya dan selalu tertinggal dari kawan-kawannya dari waktu yang
disediakan, menunjukkan
sikap-sikap yang tidak wajar, seperti: acuh tak acuh, menentang, berpura-pura,
dusta dan sebagainya, menunjukkan
perilaku yang berkelainan, seperti membolos, datang terlambat, tidak
mengerjakan pekerjaan rumah, mengganggu di dalam atau pun di luar kelas, tidak
mau mencatat pelajaran, tidak teratur dalam kegiatan belajar, dan sebagainya, menunjukkan gejala emosional yang kurang
wajar, seperti : pemurung, mudah tersinggung, pemarah, tidak atau kurang
gembira dalam menghadapi situasi tertentu. Misalnya dalam menghadapi nilai
rendah, tidak menunjukkan perasaan sedih atau menyesal, dan sebagainya.
5. Masalah-masalah dalam keluarga dapat
menyita pikiran dan konsentrasi anak untuk fokus dalam belajar diantaranya
adalah;
1. Keluarga tidak utuh atau kurang harmonis.
2. Sikap orang tua yang tidak memperhatikan
pendidikan anaknya
3. Keadaan ekonomi.
4. Harapan orang tua yang terlalu tinggi
5. Orang tua yang pilih kasih
6.
Jenis dan tingkat kesulitan yang dialami
oleh siswa itu
tidak sama karena secara konseptual berbeda dalam memahami bahan yang
dipelajari secara menyeluruh. Perbedaan tingkat kesulitan ini bisa disebabkan
tingkat pengusaan bahan sangat rendah, konsep dasar tidak dikuasai, bahkan
tidak hanya bagian yang sulit tidak dipahami, mungkin juga bagian yang sedang
dan mudah tidak dapat dikuasai
dengan baik.
7.
Cara
pendidik memberi solusi menanggulangi masalah belajar adalah memberikan
terapi terhadap permasalahan kesulitan belajar maka dapat ditempuh melalui
berbagai media penanganan yang khusus intensif serta terpadu antara pendidik,
siswa dan orang tua di rumah.
8. Cara menuntun anak agar pekerjaan rumah
dikerjakan sendiri dalam situasi menyenangkan yakni memberikan perhatikan mood, upayakan ruang belajar yang nyaman dan komunikasi dari orang tua di rumah.
9. Alernatif
yang digunakan
untuk mengatasi
problematika kemalasan siswa yakni dengan cara disiplin, perhatian mood dan komunikasi dari orang tua dirumah
serta upayakan ruangan belajar yang nyaman agar anak mampu mengatasi kemalasan
dalam belajar.
10. Sebab-sebab
yang mungkin mengakibatkan timbulnya kesulitan belajar, dapat digolongkan
menjadi tiga yaitu :
1) Banyak
sebab yang menimbulkan pola gejala yang sama. Sering kali gejala-gejala kesulitan belajar
yang nampak pada seorang siswa disebabkan oleh faktor-faktor yang berbeda
dengan yang lain yang memperlihatkan gejala yang sama.
2) Banyak pola gejala yang ditimbulkan oleh sebab
yang sama. Sebab yang nampak sama, dapat mengakibatkan gejala yang berbeda-beda
bagi siswa yang berlainan perlu diperhatikan adanya kesesuaian antara sebab
dengan kondisi tempat tinggal siswa.
3) Sebab-sebab
yang saling berkaitan dengan yang lain. Kesulitan yang menimbulkan reaksi dari
orang-orang disekelilingnya atau yang menyebabkan dia bereaksi pada dirinya
sendiri dengan cara yang selanjutnya , menyebabkan timbulnya kesulitan yang
baru.
DAFTAR
PUSTAKA
Sofah, Rahmi. 2005.
Bahan Ajar Mata Kuliah Belajar dan Pembelajaran. Dosen Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan Universitas Sriwijaya.
Abu Ahmadi dan Joko Tri
Prasetya. Strategi Belajar Mengajar. Bandung : Pustaka Setia
W. Gulo. 2005. Strategi
Belajar Mengajar Jakarta : Grasindo.
E. Mulyasa.2003.
Kurikulum Berbasis Kompetensi. Konsep; Karakteristik dan Implementasi.Bandung :
P.T. Remaja Rosdakarya.
E. Mulyasa. 2004.
Implementasi Kurikulum 2004; Panduan Pembelajaran KBK.Bandung : P.T. Remaja
Rosdakarya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar