Minggu, 05 Juni 2016

Belajar dan Pembelajaran




BAB I
PENDAHULUAN
A.                     Masalah-masalah Belajar
Masalah adalah ketidaksesuaian antara harapan dengan kenyataan, ada yang melihat sebagai tidak terpenuhinya kebutuhan seseorang, dan adapula yang mengartikannya sebagai suatu hal yang tidak mengenakkan. Prayitno (1985) mengemukakan bahwa masalah adalah sesuatu yang tidak disukai adanya, menimbulkan kesulitan bagi diri sendiri dan atau orang lain, ingin atau perlu dihilangkan. Pengertian belajar dapat didefinisikan sebagai sesuatu proses yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Belajar adalah proses perubahan pengetahuan atau perilaku sebagai hasil dari pengalaman. Pengalaman ini terjadi melalui interaksi antara individu dengan lingkungannya.( Anita E, Wool Folk, 1995 : 196 ).
Menurut Garry dan Kingsley, belajar adalah proses tingkah laku (dalam arti luas), ditimbulkan atau diubah melalui praktek dan latihan. Sedangkan menurut Gagne (1984: 77), belajar adalah suatu proses dimana suatu organisasi berubah perilakunya sebagai akibat pengalaman. Dari definisi masalah dan belajar maka masalah belajar dapat diartikan atau didefinisikan sebagai suatu kondisi tertentu yang dialami oleh murid dan menghambat kelancaran proses yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan. Kondisi tertentu itu dapat berkenaan dengan keadaan dirinya yaitu berupa kelemahan-kelemahan dan dapat juga berkenaan dengan lingkungan yang tidak menguntungkan bagi dirinya. Masalah-masalah belajar ini tidak hanya dialami oleh murid-murid yang lambat saja dalam belajarnya, tetapi juga dapat menimpa murid-murid yang pandai atau cerdas. Dalam interaksi belajar mengajar siswa merupakan kunci utama keberhasilan belajar selama proses belajar yang dilakukan. Proses belajar merupakan aktivitas psikis berkenaan dengan bahan belajar.




BAB II
PEMBAHASAN
B.  Materi Masalah-masalah Belajar
2.1   Pengertian Masalah Belajar
               Masalah belajar adalah suatu kondisi tertentu yang dialami oleh siswa dan menghambat kelancaran proses belajar, bisa berkenaan dengan keadaan diri siswa itu sendiri ataupun berkenaan dengan lingkungan yang tidak menguntungkan. Hal ini merupakan pertanda bahwa belajar merupakan kegiatan yang dinamis, sehingga perlu secara terus menerus mencermati perubahan-perubahan yang terjadi pada siswa.
Pada dasarnya, masalah-masalah belajar dapat digolongkan atas :
1.    Keterlambatan akademik
2.    Sangat cepat dalam belajar
3.    Lambat belajar
4.    Penempatan kelas
5.    Kurang motif dalam belajar
6.    Sikap dan kebiasaan belajar yang buruk
7.    Kehadiran di sekolah

2.2   Faktor-Faktor Penyebab Terjadinya Masalah Belajar
            Masalah-masalah belajar baik intern maupun ekstern dapat dikaji dari dimensi guru maupun dimensi siswa, sedangkan dikaji dari tahapannya, masalah belajar dapat terjadi pada waktu sebelum belajar, selama proses belajar dan sesudahnya, sedangkan dari dimensi guru, masalah belajar dapat terjadi sebelum kegiatan belajar, selama proses belajar dan evaluasi hasil belajar. Masalahnya sering kali berkaitan dengan pengorganisasian belajar.

A. Faktor Internal
1. Ciri Khas/Karakteristik Siswa
         Dapat dilihat dari kesediaan siswa untuk mencatat pelajaran, mempersiapkan buku, alat-alat tulis atau hal-hal yang diperlukan.Namun, bila siswa tidak memiliki minat untuk belajar, maka siswa tersebut cenderung mengabaikan kesiapan belajar.
2. Sikap terhadap Belajar
         Sikap siswa dalam proses belajar, terutama sekali ketika memulai kegiatan belajar merupakan bagian penting untuk diperhatikan karena aktivitas belajar siswa banyak ditentukan oleh sikap siswa ketika akan memulai kegiatan belajar. Namun, bila lebih dominan sikap menolak sebelum belajar maka siswa cenderung kurang memperhatikan atau mengikuti kegiatan belajar.
3. Motivasi Belajar
         Di dalam aktivitas belajar, motivasi individu dimanfestasikan dalam bentuk ketahanan atau ketekunan dalam belajar, kesungguhan dalam menyimak, mengerjakan tugas dan sebagainya.Umumnya kurang mampu untuk belajar lebih lama, karena kurangnya kesungguhan di dalam mengerjakan tugas.Oleh karena itu, rendahnya motivasi merupakan masalah dalam belajar yang memberikan dampak bagi tercapainya hasil belajar yang diharapkan.
 

4. Konsentrasi Belajar
        Kesulitan berkonsentrasi merupakan indikator adanya masalah belajar yang dihadapi siswa, karena hal itu akan menjadi kendala di dalam mencapai hasil      belajar yang diharapkan. Untuk membantu siswa agar dapat berkonsentrasi dalam belajar tentu memerlukan waktu yang cukup lama, di samping menuntut ketelatenan guru.
5. Mengelola Bahan Ajar
        Siswa mengalami kesulitan di dalam mengelola bahan, maka berarti ada kendala pembelajaran yang dihadapi siswa yang membutuhkan bantuan guru. Bantuan guru tersebut hendaknya dapat mendorong siswa agar memiliki kemampuan sendiri untuk terus mengelola bahan belajar, karena konstruksi berarti merupakan suatu proses yang berlangsung secara dinamis.
6. Rasa Percaya Diri
        Salah satu kondisi psikologis seseorang yang berpengaruh terhadap aktivitas fisik dan mental dalam proses pembelajaran adalah rasa percaya diri. Rasa percaya diri umumnya muncul ketika seseorang akan melakukan atau terlibat di dalam suatu aktivitas tertentu di mana pikirannya terarah untuk mencapai sesuatu hasil yang diinginkannya. Hal-hal ini bukan merupakan bagian terpisah dari proses belajar, akan tetapi merupakan tanggung jawab yang harus diwujudkan guru bersamaan dengan proses pembelajaran yang dilaksanakan.

7. Kebiasaan Belajar
        Adalah perilaku belajar seseorang yang telah tertanam dalam waktu yang relatif lama sehingga memberikan ciri dalam aktivitas belajar yang dilakukan. Ada beberapa bentuk kebiasaan belajar yang sering dijumpai seperti, belajar tidak teratur, daya tahan rendah, belajar hanya menjelang ulangan atau ujian, tidak memiliki catatan yang lengkap, sering datang terlambat, dan lain-lain
               Jenis-jenis kebiasaan belajar di atas merupakan bentuk-bentuk perilaku belajar yang tidak baik karena mempengaruhi aktivitas belajar siswa dan dapat menyebabkan rendahnya hasil belajar yang diperoleh.
8. Tingkat Kecerdasan Rendah
       Walaupun tingkat kecerdasan seorang siswa bkanlah nilai mutlak dan berubah-ubah, hal ini tetap saja dapat menjadi salah satu faktor penentu keberhasilan belajar.Tingkat kecerdasan atau kemampuan dasar yang rendah bisa menjadi salah satu penyebab kesulitan belajar pada diri siswa.
9.      Kesehatan, Gangguan Fungsi Alat Indera, dan Alat Perseptual
     Kondisi tubuh yang sakit, kurang gizi dan vitamin dapat menyebabkan kurang maksimalnya proses belajar. Begitupun jika terjadi gangguan pada fungsi alat indera, seperti gangguan penglihatan dan pendengaran yang dapat secara langsung menjadi penyebab terjadinya keslitan dalam belajar. Hal yang sama juga dapat terjadi jika terdapat gangguan dalam proses penafsiran pesan di otak (alat perseptual).
B. Faktor Eksternal
1. Guru
          Guru harus mengembangkan strategi pembelajaran yang tidak hanya menyampaikan informasi, melainkan juga mendorong para siswa untuk belajar secara bebas dalam batas-batas yang ditentukan. Bila dalam proses pembelajaran, guru mampu mengaktualisasikan tugas-tugas guru dengan baik, mampu memotivasi, membimbing dan memberi kesempatan secara luas untuk memperoleh pengalaman, maka siswa akan mendapat dukungan yang kuat untuk mencapai hasil belajar yang diharapkan, namun jika guru tidak dapat melaksanakannya, siswa akan mengalami masalah yang dapat menghambat pencapaian hasil belajar mereka.
           Menurut Lindgren, (1967 : 55) bahwa lingkungan sekolah, terutama guru. Guru yang akrab dengan murid, menghargai usaha-usaha murid dalam belajar dan suka memberi petunjuk kalau murid menghadapi kesulitan, akan dapat menimbulkan perasaan sukses dalam diri muridnya dan hal ini akan menyuburkan keyakinan diri dalam diri murid. Melalui contoh sikap sehari-hari, guru yang memiliki penilaian diri yang positif akan ditiru oleh muridnya, sehingga murid-muridnya juga akan memiliki penilaian diri yang positif.
            Jadi jelaslah bahwa guru yang kurang akrab dengan murid, kurang menghargai usaha-usaha murid maka murid akan merasa kurang diperhatikan dan akan mengakibatkan murid itu malas belajar atau kurangnya minat belajar sehingga anak itu akan mengalami kesulitan belajar. Keberhasilan seorang murid dipengaruhi oleh faktor-faktor yang berasal dari sekolah seperti guru yang harus benar-benar memperhatikan peserta didiknya.
            Menurut Belmon dan Morolla (1971 : 107) menyimpulkan dari hasil penelitiannya, bahwa anak-anak yang berasal dari keluarga yang banyak jumlah anak, mempunyai keterampilan intelektual lebih rendah daripada anak-anak yang berasal dari keluarga yang jumlah anaknya sedikit.
2. Keluarga (rumah)
        Masalah-masalah dalam keluarga dapat menyita pikiran dan konsentrasi anak untuk fokus dalam belajar, beberapa diantaranya adalah;
1.  Keluarga tidak utuh atau kurang harmonis.
2.  Sikap orang tua yang tidak memperhatikan pendidikan anaknya
3.  Keadaan ekonomi.
4.  Harapan orang tua yang terlalu tinggi
5.  Orang tua yang pilih kasih
3. Lingkungan Sosial (Teman Sebaya)
         Lingkungan sosial dapat memberi dampak positif dan negatif terhadap siswa. Contoh seorang siswa bernama Rudi yang terpengaruh teman sebayanya dengan kebiasaan rekan-rekannya yang baik, maka akan berdampak positif dan sebaliknya. Tidak sedikit siswa yang mengalami peningkatan hasil belajar karena pengaruh teman sebayanya yang mampu memberi motivasi kepadanya untuk belajar.
4. Kurikulum Sekolah
          Kurikulum merupakan panduan yang dijadikan guru sebagai rangka atau acuan untuk mengembangkan proses pembelajaran. Seluruh aktivitas pembelajaran, maka dipastikan kurikulum tidak akan mampu memenuhi tuntunan perubahan dimana perubahan kurikulum pada sisi lain juga menimbulkan masalah, yaitu :
(a)    Tujuan yang akan dicapai berubah
(b)    Isi pendidikan berubah
(c)    Kegiatan belajar mengajar berubah
(d)    Evaluasi belajar
5. Sarana dan Prasarana
             Ketersediaan prasarana dan sarana pembelajaran berdampak pada terciptanya iklim pembelajaran yang kondusif. Terjadinya kemudahan bagi siswa untuk mendapatkan informasi dan sumber belajar yang pada gilirannya dapat mendorong berkembangnya motivasi untuk mencapai hasil belajar yang lebih baik. Oleh karena itu sarana dan prasarana menjadi bagian yang penting untuk tercapainya upaya mendukung terwujudnya proses pembelajaran yang diharapkan.


2.3   Jenis-Jenis Masalah Belajar Siswa
            Kesulitan belajar siswa mencakup pengertian yang luas, diantaranya : (a) learning disorder; (b) learning disfunction; (c) underachiever; (d) slow learner, dan (e) learning diasbilities. Di bawah ini akan diuraikan dari masing-masing pengertian tersebut.
1. Learning Disorder atau kekacauan belajar adalah keadaan dimana proses belajar seseorang terganggu karena timbulnya respons yang bertentangan. Pada dasarnya, yang mengalami kekacauan belajar, potensi dasarnya tidak dirugikan, akan tetapi belajarnya terganggu atau terhambat oleh adanya respons-respons yang bertentangan, sehingga hasil belajar yang dicapainya lebih rendah dari potensi yang dimilikinya. Contoh : siswa yang sudah terbiasa dengan olah raga keras seperti karate, tinju dan sejenisnya, mungkin akan mengalami kesulitan dalam belajar menari yang menuntut gerakan lemah-gemulai.
2. Learning Disfunction merupakan gejala dimana proses belajar yang dilakukan siswa tidak berfungsi dengan baik, meskipun sebenarnya siswa tersebut tidak menunjukkan adanya subnormalitas mental, gangguan alat dria, atau gangguan psikologis lainnya. Contoh : siswa yang yang memiliki postur tubuh yang tinggi atletis dan sangat cocok menjadi atlet bola volley, namun karena tidak pernah dilatih bermain bola volley, maka dia tidak dapat menguasai permainan volley dengan baik.
3. Under Achiever mengacu kepada siswa yang sesungguhnya memiliki tingkat potensi intelektual yang tergolong di atas normal, tetapi prestasi belajarnya tergolong rendah. Contoh : siswa yang telah dites kecerdasannya dan menunjukkan tingkat kecerdasan tergolong sangat unggul (IQ = 130 – 140), namun prestasi belajarnya biasa-biasa saja atau malah sangat rendah.
4. Slow Learner atau lambat belajar adalah siswa yang lambat dalam proses belajar, sehingga ia membutuhkan waktu yang lebih lama dibandingkan sekelompok siswa lain yang memiliki taraf potensi intelektual yang sama.
5. Learning Disabilities atau ketidakmampuan belajar mengacu pada gejala dimana siswa tidak mampu belajar atau menghindari belajar, sehingga hasil belajar di bawah potensi intelektualnya.
             Jenis dan tingkat kesulitan yang dialami oleh siswa tidak sama karena secara konseptual berbeda dalam memahami bahan yang dipelajari secara menyeluruh. Perbedaan tingkat kesulitan ini bisa disebabkan tingkat pengusaan bahan sangat rendah, konsep dasar tidak dikuasai, bahkan tidak hanya bagian yang sulit tidak dipahami, mungkin juga bagian yang sedang dan mudah tidak dapat dikuasai dengan baik.
             Siswa yang mengalami kesulitan belajar seperti tergolong dalam pengertian di atas akan tampak dari berbagai gejala yang dimanifestasikan dalam perilakunya, baik aspek psikomotorik, kognitif, konatif maupun afektif .
Beberapa perilaku yang merupakan manifestasi gejala kesulitan belajar, antara lain :
1. Menunjukkan hasil belajar yang rendah di bawah rata-rata nilai yang dicapai oleh kelompoknya atau di bawah potensi yang dimilikinya.
2. Hasil yang dicapai tidak seimbang dengan usaha yang telah dilakukan. Mungkin ada siswa yang sudah berusaha giat belajar, tapi nilai yang diperolehnya selalu rendah
3. Lambat dalam melakukan tugas-tugas kegiatan belajarnya dan selalu tertinggal dari kawan-kawannya dari waktu yang disediakan.
4. Menunjukkan sikap-sikap yang tidak wajar, seperti: acuh tak acuh, menentang, berpura-pura, dusta dan sebagainya.
5. Menunjukkan perilaku yang berkelainan, seperti membolos, datang terlambat, tidak mengerjakan pekerjaan rumah, mengganggu di dalam atau pun di luar kelas, tidak mau mencatat pelajaran, tidak teratur dalam kegiatan belajar, dan sebagainya.
6. Menunjukkan gejala emosional yang kurang wajar, seperti : pemurung, mudah tersinggung, pemarah, tidak atau kurang gembira dalam menghadapi situasi tertentu. Misalnya dalam menghadapi nilai rendah, tidak menunjukkan perasaan sedih atau menyesal, dan sebagainya.

2.4   Mengenal dan Membantu Siswa dalam Mengalami Kesulitan Belajar
       Dalam hal ini, para pendidik dapat mengetahui atau menentukan siapa saja siswa yang mengalami masalah belajar melalui beberapa prosedur, yaitu:
1. Identifikasi
         Suatu kegiatan yang diarahkan untuk menemukan siswa yang mengalami kesulitan belajar, yaitu mencari informasi tentang siswa dengan melakukan :
a)  Penilaian Hasil Belajar
·    Penilaian Acuan Patokan (PAP), mengacu kepada persentase hasil evaluasi dan penguasaan siswa terhadap bahan ajar atau materi yang telah ditetapkan.
·     Penilaian Acuan Norma (PAN), berpedoman kepada pengelompokan siswa berdasarkan penilaian hasil evaluasi belajar.
b)  Pemanfaatan Hasil Tes Intelegensi
        Hasil belajar yang dicapai siswa pada dasarnya dapat mencerminkan kemampuan dasar atau intelegensi siswa tersebut. Intelegensi yang tinggi diharapkan dapat seimbang dengan perolehan hasil belajar. Dengan cara ini, guru dapat mengetahui apakah siswanya telah belajar secara optimal atau malah sebaliknya. Jika yang terjadi tidak sesuai dengan yang seharusnya, maka dapat dikatakan bahwa siswa tersebut mengalami masalah belajar.
c)  Observasi
        Dalam hal ini, cara yang dilakukan sangat sederhana yakni berkaitan dengan interaksi antara guru dan siswanya. Dengan cara ini, para guru diharapkan mampu mengetahui dan memanfaatkan peluang dalam mengamati keadaan masing-masing siswa secara lebih mendalam.
2.  Diagnosis
         Berupa keputusan atau penentuan mengenai hasil dari pengelolaan data tentang siswa yang mengalami kesulitan belajar dan jenis kesulitan yang dialami siswa.
3.  Prognosis
         Prognosis merujuk pada aktivitas penyusunan rencana atau program yang diharapkan dapat membantu mengatasi masalah kesulitan belajar siswa.
4. Terapi
         Terapi di sini adalah pemberian bantuan kepada anak yang mengalami kesulitan belajar sesuai dengan program yang telah disusun pada tahap prognosis. Bentuk terapinya antara lain:·        
Bimbingan belajar kelompok     ·         Menjalin komunikasi yang baik
Bimbingan belajar individu       ·     Pembinaan sikap dan kebiasaan belajar yang baik
Pengajaran remedial                  ·         Usaha peningkatan motivasi
Pemberian bimbingan pribadi    ·         Alih tangan kasus
5. Tindak Lanjut
         Usaha untuk mengetahui keberhasilan bantuan yang telah diberikan kepada siswa dan tindak lanjut yang didasari evaluasi.


BAB III
PENUTUP
C. Rangkuman
3.1  Kesimpulan
1.  Masalah belajar adalah suatu kondisi kondisi tertentu yang dialami oleh siswa dan menghambat kelancaran proses belajar, bisa berkenaan dengan keadaan diri siswa itu sendiri ataupun berkenaan dengan lingkungan yang tidak menguntungkan
2.  Masalah-masalah dalam belajar yang dialami siswa dapat dipengarhi oleh faktor internal yang berasal dari siswa itu sendiri dan faktor eksternal berupa pengaruh lingkungan sekolah, keluarga, maupn lingkngan sosial.
3.  Guru hendaknya mampu mengetahui dan membantu siswa dalam mengatasi masalah dan kesulitan belajar yang dialami.
4. Komunikasi dari orang tua di rumah
5. Upayakan ruang belajar yang nyaman
3.2   Saran
         Kesulitan siswa dalam belajar merupakan suatu hal yang sering ditemui oleh para pendidik, terutama guru. Sebagai upaya untuk memberikan terapi terhadap permasalahan kesulitan belajar maka dapat ditempuh melalui berbagai media penanganan yang khusus intensif serta terpadu antara pendidik, siswa dan orang tua di rumah. Karena walau bagaimanapun juga sebagian waktu anak lebih banyak dihabiskan di rumah dari pada di sekolah di bawah pengawasan orang tua.
          Dalam hal ini pendidik dalam hal ini guru di sekolah dan orang tua di rumah dituntut untuk benar-benar mengerti akan tipe atau jenis masalah yang dihadapi oleh siswa atau anak. Dengan memahami jenis masalah, diharapkan pendidik mampu memberikan solusi penanggulangan sesuai dengan masalah yang bersangkutan.

D. Latihan Soal
1.      Apa saja factor-faktor  penyebab masalah belajar ?
2.      Bagaimanakah cara pendidik mengenal dan membantu siswa yang mengalami masalah dan kesulitan belajar yang dialami ?
3.      Sebutkan dan jelaskan jenis-jenis masalah belajar ?
4.      Apa saja perilaku yang merupakan manifestasi gejala kesulitan belajar ?
5.      Apakah masalah-masalah dalam keluarga dapat menyita pikiran dan konsentrasi anak untuk fokus dalam belajar ?
6.      Apakah jenis dan tingkat kesulitan yang dialami oleh siswa itu sama atau tidak sama ?
7.      Bagaimana cara pendidik memberi solusi menanggulangi masalah belajar pada siswa ?
8.      Bagaimana cara menuntun anak agar pekerjaan rumah dikerjakan sendiri dalam situasi menyenangkan ?
9.      Alernatif apakah yang dilakukan untuk mengatasi problematika kemalasan siswa ?
10.  Apa saja sebab-sebab yang mungkin mengakibatkan timbulnya kesulitan belajar ?


E. Kunci Jawaban Soal
1.      Masalah-masalah dalam belajar yang dialami siswa dapat dipengarhi oleh beberapa factor, diantaranya faktor internal yang berasal dari siswa itu sendiri dan faktor eksternal berupa pengaruh lingkungan sekolah, keluarga, maupun lingkungan social.
2.      Cara pendidik dapat mengetahui atau menentukan siapa saja siswa yang mengalami masalah belajar ada berbagai cara diantaranya melakukan identifikasi suatu kegiatan yang diarahkan untuk menemukan siswa yang mengalami kesulitan belajar, yaitu mencari informasi tentang siswa dengan melakukan penilaian hasil belajar, pemanfaatan hasil tes intelegensi, observasi, diagnosis berupa keputusan atau penentuan mengenai hasil dari pengelolaan data tentang siswa yang mengalami kesulitan belajar dan jenis kesulitan yang dialami siswa, prognosis merujuk pada aktivitas penyusunan rencana atau program yang diharapkan dapat membantu mengatasi masalah kesulitan belajar siswa dan terapi serta tindak lanjut saha untuk mengetahui keberhasilan bantuan yang telah diberikan kepada siswa dan tindak lanjut yang didasari evaluasi.
3.      Faktor-faktor kesulitan belajar siswa mencakup learning disorder, learning disfunction, underachiever, slow learner dan learning disabilities. Learning Disorder atau kekacauan belajar adalah keadaan dimana proses belajar seseorang terganggu karena timbulnya respons yang bertentangan. Learning Disfunction merupakan gejala dimana proses belajar yang dilakukan siswa tidak berfungsi dengan baik, meskipun sebenarnya siswa tersebut tidak menunjukkan adanya subnormalitas mental, gangguan alat dria, atau gangguan psikologis lainnya. Contoh : siswa yang yang memiliki postur tubuh yang tinggi atletis dan sangat cocok menjadi atlet bola volley, namun karena tidak pernah dilatih bermain bola volley, maka dia tidak dapat menguasai permainan volley dengan baik. Under Achiever mengacu kepada siswa yang sesungguhnya memiliki tingkat potensi intelektual yang tergolong di atas normal, tetapi prestasi belajarnya tergolong rendah. Contoh : siswa yang telah dites kecerdasannya dan menunjukkan tingkat kecerdasan tergolong sangat unggul (IQ = 130 – 140), namun prestasi belajarnya biasa-biasa saja atau malah sangat rendah. Slow Learner atau lambat belajar adalah siswa yang lambat dalam proses belajar, sehingga ia membutuhkan waktu yang lebih lama dibandingkan sekelompok siswa lain yang memiliki taraf potensi intelektual yang sama. Learning Disabilities atau ketidakmampuan belajar mengacu pada gejala dimana siswa tidak mampu belajar atau menghindari belajar, sehingga hasil belajar di bawah potensi intelektualnya.
4.      Perilaku yang merupakan manifestasi gejala kesulitan belajar yakni Menunjukkan hasil belajar yang rendah di bawah rata-rata nilai yang dicapai oleh kelompoknya atau di bawah potensi yang dimilikinya, hasil yang dicapai tidak seimbang dengan usaha yang telah dilakukan, lambat dalam melakukan tugas-tugas kegiatan belajarnya dan selalu tertinggal dari kawan-kawannya dari waktu yang disediakan, menunjukkan sikap-sikap yang tidak wajar, seperti: acuh tak acuh, menentang, berpura-pura, dusta dan sebagainya, menunjukkan perilaku yang berkelainan, seperti membolos, datang terlambat, tidak mengerjakan pekerjaan rumah, mengganggu di dalam atau pun di luar kelas, tidak mau mencatat pelajaran, tidak teratur dalam kegiatan belajar, dan sebagainya, menunjukkan gejala emosional yang kurang wajar, seperti : pemurung, mudah tersinggung, pemarah, tidak atau kurang gembira dalam menghadapi situasi tertentu. Misalnya dalam menghadapi nilai rendah, tidak menunjukkan perasaan sedih atau menyesal, dan sebagainya.
5.      Masalah-masalah dalam keluarga dapat menyita pikiran dan konsentrasi anak untuk fokus dalam belajar diantaranya adalah;
1.  Keluarga tidak utuh atau kurang harmonis.
2.  Sikap orang tua yang tidak memperhatikan pendidikan anaknya
3.  Keadaan ekonomi.
4.  Harapan orang tua yang terlalu tinggi
5.  Orang tua yang pilih kasih
6.      Jenis dan tingkat kesulitan yang dialami oleh siswa itu tidak sama karena secara konseptual berbeda dalam memahami bahan yang dipelajari secara menyeluruh. Perbedaan tingkat kesulitan ini bisa disebabkan tingkat pengusaan bahan sangat rendah, konsep dasar tidak dikuasai, bahkan tidak hanya bagian yang sulit tidak dipahami, mungkin juga bagian yang sedang dan mudah tidak dapat dikuasai dengan baik.
7.      Cara pendidik memberi solusi menanggulangi masalah belajar adalah memberikan terapi terhadap permasalahan kesulitan belajar maka dapat ditempuh melalui berbagai media penanganan yang khusus intensif serta terpadu antara pendidik, siswa dan orang tua di rumah.
8.      Cara menuntun anak agar pekerjaan rumah dikerjakan sendiri dalam situasi menyenangkan yakni memberikan perhatikan mood, upayakan ruang belajar yang nyaman dan komunikasi dari orang tua di rumah.
9.      Alernatif  yang digunakan untuk mengatasi problematika kemalasan siswa yakni dengan cara disiplin, perhatian mood dan komunikasi dari orang tua dirumah serta upayakan ruangan belajar yang nyaman agar anak mampu mengatasi kemalasan dalam belajar.
10.  Sebab-sebab yang mungkin mengakibatkan timbulnya kesulitan belajar, dapat digolongkan menjadi tiga yaitu :
1)      Banyak sebab yang menimbulkan pola gejala yang sama. Sering kali gejala-gejala kesulitan belajar yang nampak pada seorang siswa disebabkan oleh faktor-faktor yang berbeda dengan yang lain yang memperlihatkan gejala yang sama.
2)       Banyak pola gejala yang ditimbulkan oleh sebab yang sama. Sebab yang nampak sama, dapat mengakibatkan gejala yang berbeda-beda bagi siswa yang berlainan perlu diperhatikan adanya kesesuaian antara sebab dengan kondisi tempat tinggal siswa.
3)      Sebab-sebab yang saling berkaitan dengan yang lain. Kesulitan yang menimbulkan reaksi dari orang-orang disekelilingnya atau yang menyebabkan dia bereaksi pada dirinya sendiri dengan cara yang selanjutnya , menyebabkan timbulnya kesulitan yang baru.




DAFTAR PUSTAKA
Sofah, Rahmi. 2005. Bahan Ajar Mata Kuliah Belajar dan Pembelajaran. Dosen Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sriwijaya.
Abu Ahmadi dan Joko Tri Prasetya. Strategi Belajar Mengajar. Bandung : Pustaka Setia
W. Gulo. 2005. Strategi Belajar Mengajar Jakarta : Grasindo.
E. Mulyasa.2003. Kurikulum Berbasis Kompetensi. Konsep; Karakteristik dan Implementasi.Bandung : P.T. Remaja Rosdakarya.
E. Mulyasa. 2004. Implementasi Kurikulum 2004; Panduan Pembelajaran KBK.Bandung : P.T. Remaja Rosdakarya.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar