Minggu, 05 Juni 2016

Rasa Malu

BAB I
PENDAHULUAN
A.           Latar Belakang
Setiap orang pasti pernah merasakan malu. Baik itu dari hal yang kecil maupun yang bersinggungan dengan hal-hal besar. Malu adalah sifat atau perasaan yang menimbulkan keengganan melakukan sesuatu yang rendah atau kurang sopan. Perasaan malu itu sendiri meliputi tiga hal, yaitu malu kepada diri sendiri, malu kepada orang lain, dan malu kepada Allah.
Perasaan malu memberikan manusia kekuatan yang preventif (pencegahan) guna menghindarkan diri dalam kehinaan atau terulangnya kesalahan serupa. Akan tetapi, rasa malu itu bisa luntur dan pudar, hingga akhirnya lenyap karena berbagai sebab. Jika malu sudah mati dalam diri seseorang, berarti sudah tidak ada lagi kebaikan yang bisa diharapkan.
Akan tetapi, malu merupakan hal yang seharusnya tidak menjadikan kita seorang pribadi yang tidak bisa berbuat apa-apa. Seperti, malu untuk berteman, malu untuk bertanya, malu untuk melakukan hal-hal yang membutuhkan keberanian, malu berbicara, sehingga itu semua hanya akan menghambat perkembangan. Malu bukanlah ditujukan untuk segala hal, melainkan untuk kejahatan ataupun hal-hal yang memang tidak sesuai dengan norma atau nilai-nilai yang berlaku dalam masyarakat di tempat kita tinggal.
Dalam makalah ini, akan dibahas seputar rasa malu pada manusia di kehidupan sehari-hari. Yang mana, selain karena tertarik, latar belakang dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi kewajiban kami sebagai mahasiswa dalam kegiatan perkuliahan, mata kuliah Media BK.


B.            Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam makalah ini sebagai berikut.
1.             Apakah rasa malu itu?
2.             Apa saja macam-macam rasa malu?
3.             Apa saja penyebab munculnya rasa malu?
4.             Bagaimana cara mengatasi rasa malu?
C.           Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini sebagai berikut.
1.             Untuk mengetahui tentang rasa malu.
2.             Untuk mengetahui penyebab munculnya rasa malu dan cara mengatasinya.
3.             Untuk memenuhi tugas mata kuliah Media BK.
D.           Manfaat
Adapun manfaat dari penulisan makalah ini ialah sebagai berikut.
1.             Dapat mengetahui secara lebih mendalam tentang rasa malu.
2.             Dapat mengetahui mengenai penyebab munculnya rasa malu.
3.             Dapat mengetahui bagaimana cara mengatasi rasa malu.
4.             Sebagai syarat nilai dalam mata kuliah Media BK.

BAB II
PEMBAHASAN
A.           Pengertian rasa malu
Dalam bukunya, Dianne Doubtfire-seorang novelis (2007, hal.17) mengemukakan bahwa perasaan malu itu berkaitan dengan orang lain. Kita tidak merasa malu saat kita tengah sendirian, kita juga tidak merasa malu dengan hewan peliharaan kita. Dan yang lebih penting bahwa rasa malu itu sendiri muncul karena adanya rasa cemas dalam diri akan pendapat orang lain tentang kita.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, malu  dapat diartikan dalam beberapa hal, yaitu tergantung sebab dan kondisinya. Pertama, malu adalah peraaan tidak enak hati karena berbuat sesuatu yang kurang baik, atau kurang benar dan tidak sesuai dengan kebiasaan, nilai-nilai dan norma yang berlaku. Maka kemungkinan perasaan malu di sini akan membuat seseorang yang bersangkutan lebih berhati-hati dalam bersikap dan bertingkah laku.
Kedua, malu diartikan sebagai rasa segan melakukan sesuatu karena ada rasa hormat. Malu di sini ditujukan kepada orang yang lebih dihormati, orang yang terpandang, atau mungkin orang yang lebih tua. Perasaan malu ini membuat seseorang menjadi lebih hati-hati dalam berbicara, bersikap dan bertingkah laku. Dalam konteks ini, bila dilakukan dalam kadar yang tepat dan sesuai, maka keharmonisan hidup pasti akan terjaga.
Ketiga, malu diartikan sebagai perasaan kurang senang, dalam artian merasa malu karena merasa diri lebih rendah, hina, tidak berarti, dsb. Malu dalam konteks ini memiliki kandungan nilai yang negatif. Suka merendahkan diri adalah ciri orang yang tidak menghargai dirinya sendiri.
Sedangkan malu dalam pandangan psikologi memiliki padanan kata shyness dan shame (dalam blog tafany, tafany.wordpress.com). Shyness berarti sifat malu-malu seperti, malu berbicara di depan umum, malu untuk berbicara dengan orang yang tidak dikenal, malu bertemu orang banyak, dsb. Sifat inilah yang bisa menjadi penghambat bagi individu dalam proses perkembangannya dan membuat si penderita kehilangan banyak kesempatan berharga. Seseorang dengan sifat seperti ini akan cenderung menarik diri dari lingkungan masyarakat.
Sedangkan shame diartikan dengan malu dan merasa rendah diri karena telah melakukan sesuatu hal yang buruk. Dan mengenai konsep baik-buruknya di sini tergantung dengan persepsi yang dianut oleh masyarakat di tempat tinggalnya.
Berdasarkan beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan antara rasa malu dan sifat pemalu. Rasa malu muncul dalam diri kita hanya pada saat-saat tertentu, seperti saat kita salah menyebut nama orang lain, berbuat hal buruk dan diketahui oleh orang lain, telah melakukan kekonyolan atau kebodohan,  dan lain sebagainya. Sedangkan sifat pemalu merupakan keadaan yang terus-menerus, bahkan dengan alasan yang sebenarnya bisa dijadikan kesempatan, seperti berpidato dalam acara-acara tertentu, bertemu dengan banyak orang sehingga kemungkinan akan memiliki banyak teman, dan lain sebagainya.
Jadi, rasa malu itu merupakan suatu gejala emosi bawaan pada manusia yang berfungsi sebagai pengendalian diri dari hal-hal yang buruk atau tidak sesuai dengan norma. Namun, rasa malu juga bisa menjadi pengekang jiwa jika dimiliki dalam intensitas yag berlebihan, sehingga akan menghambat proses perkembangan diri.

B.            Macam-macam rasa malu
Dari beberapa pengertian (sekaligus penyebab) rasa malu yang telah disebutkan di atas, kita dapat membagi rasa malu menjadi dua bagian, yaitu rasa malu yang positif dan rasa malu yang negatif. Mengingat masih banyak orang yang salah mempersepsikan rasa malu dan akhirnya keliru dalam meletakkan rasa malunya.
1.             Rasa malu yang positif, yaitu rasa malu yang tepat penempatannya, artinya kita merasa malu jika kita berbuat yang tidak seharusnya (berbuat buruk, kejahatan, dll). Akan sangat baik jika setiap orang memiliki rasa malu yang positif ini, karena akan membuat setiap orang berpikir dua kali untuk melakukan hal yang tidak senonoh. Rasa malu ini juga bernilai motivasi karena mendorong individu agar terus menjaga martabat dan harga dirinya sebagai makhluk yang berkualitas.
2.             Rasa malu yang negatif, yaitu rasa malu yang tidak tepat. Dalam artian malah menjadikan kita pribadi yang tidak berkembang. Menjauhkan kita dari berbagai kesempatan untuk berhasil. Rasa malu yang negatif yaitu ketika kita merasa malu saat hendak melakukan hal yang baik dan bermanfaat, malu untuk berpidato, malu untuk mempresentasikan makalah, malu untuk bicara kebaikan di depan banyak orang, sehingga ini semua memungkinkan diri kita menjadi seorang yang antisosial dan tentu saja menarik diri dari interaksi dengan masyarakat. Malu yang seperti ini sama sekali tidak dianjurkan.
Kemudian, dalam kehidupan manusia, malu terbagi menjadi tiga (dalam blog Muhammad Nuh eramuslim.com) yaitu malu terhadap diri sendiri, malu kepada orang lain dan malu kepada Sang Pencita, Allah.
1.        Malu kepada diri sendiri, mengindikasikan bahwa seseorang itu malu jika ada kewajiban-kewajibannya yang tidak terlaksana. Malu kepada diri sendiri berkaitan dengan derajat martabat dan kedudukan yang disandang. Misalnya, bila menjadi orang tua, seharusnya mempunyai perasaan malu jika ternyata tidak bisa memberi contoh yang baik kepada anak-anaknya. Malu kepada diri sendiri, memungkinkan seseorang selalu menjaga citra diri dan martabatnya, dan bukan malah merusaknya.
2.        Malu kepada orang lain, yaitu berkaitan dengan kehadiran orang lain, baik yang dikenal maupun tidak. Dalam konteks ini, malu dirasakan ketika kesalahan yang diperbuat diketahui oleh orang lain. Rasa malu di sini sebenarnya baik dalam upaya pencegahan untuk berbuat salah/buruk, tetapi apabila telah terjadi, maka rasa malu yang didapatkan akan memberi kesan jera bagi yang bersangkutan, sehingga tidak akan mengulangi kesalahan yang sama. Tetapi, akan menjadi hal yang berbahaya ketika orang yang telah berbuat dosa atau kesalahan, dan karena merasa malu jika diketahui orang lain, maka ia akan berusaha semampunya agar tidak ketahuan, meskipun harus ditutupi dengan berbagai macam kebohongan dan tindak kejahatan lainnya.
3.        Malu yang ketiga, adalah malu kepada Sang Pencipta Allah, jika tidak melakukan perintah-perintahNya, dan malah melakukan hal-hal yang dilarang, dengan anggapan bahwa Allah tidak mengetahuinya. Seseorang yang memiliki keyakinan seperti ini akan sangat merugikan diri sendiri maupun orang lain.

C.           Penyebab munculya rasa malu
Ketika kita telah memahami alasan-alasan mengapa kita mempunyai sifat pemalu, maka kita berada dalam posisi lebih baik untuk mengatasinya. Sifat pemalu di sini lebih berorientasi pada rasa malu yang negatif, dan sedikit tentang rasa malu yang positif. Pada saat kita berbicara mengenai penyebab timbulnya sifat pemalu dalam diri kita, maka tidak ada salahnya jika berhenti sejenak pada konsep diri yang kita miliki. Kemudian beberapa hal lainnya yang sudah disinggung dalam pembahasan di atas. Berikut penyebab munculnya rasa malu.
1.             Konsep diri yang kurang baik, sebagai hasil dari perjalanan hidup yang kurang menyenangkan. Banyak sekali hal-hal yang menyebabkan konsep diri individu menjadi negatif. Misalnya, pengalaman ketika kecil pernah diejek dan diolok-olok oleh teman-teman, pernah melakukan suatu kebodohan yang memalukan di depan umum, dan lain sebagainya. Sehingga akan membuat seseorang tidak lagi memiliki citra diri yang baik mengenai dirinya. Dan hal ini merupakan suatu akibat/ hasil daripada proses yang panjang. Dimulai dari masa anak-anak dan berlangsung sampai dewasa. Konsep diri yang buruk membuat seseorang tidak lagi menganggap dirinya berarti, akan mudah merasa minder, pemalu, tidak percaya diri, dan sejumlah perasaan-perasaan negatif lainnya. Konsep diri yang baik akan bermuara pada bersemayamnya rasa kepercayaan diri yang baik pula. Rasa percaya diri merupakan suatu sifat di mana seseorang percaya pada kemampuan yang ia miliki. Percaya bahwa dirinya mampu  mengatasi kendala yang dihadapi, dan sebagai bentuk dari penerimaannya terhadap kelebihan dan kekurangannya. Seseorang dengan sifat malu yang berlebihan, kemungkinan memiliki konsep diri yang negatif. Terlebih lagi jika tidak adanya dukungan dari lingkungan baik keluarga maupun masyarakat yang membantu individu (dari usia anak-anak) untuk membangun konsep diri yag positif. Contohnya, tidak adanya penerimaan dari pihak keluarga (orang tua) atas kekurangan yang dimiliki (Safitri R. 2008, 116).
2.             Pola asuh orang tua dan lingkungan. Dua hal ini merupakan faktor penting yang sangat berperan dalam tumbuh kembangnya individu selain dari pada faktor biologis. Seseorang dengan sifat pemalu bisa saja merupakan faktor bawaan dari orang tuanya, namun pola asuh yang diberikan oleh orang tuanya juga penting. Sehingga rasa malu anak yang tadinya berlebihan tidak sampai berkelanjutan. Artinya, bila anak dibesarkan dalam lingkungan keluarga yang terlalu mengekang, atau barangkali justru cenderung mengabaikan, over protective, kerap mengkritik,  sehingga hal ini akan membuat anak menjadi minim sosialisasi, dan akhirnya sifat pemalu bawaan tadi akan terus melekat hingga ia beranjak remaja, bahkan dewasa (www.kancil.com).
3.             Kesehatan. Keadaan fisik yang tidak terlalu baik, kecacatan, kesehatan yang buruk, pengasingan dalam waktu yang panjang dikarenakan suatu penyakit, akan membuat seseorang tidak mempunyai kepercayaan diri, merasa terasingkan, dan menjadi pemalu. Tetapi tentu saja akan berbeda dengan mereka yang memiliki masalah kesehatan, namun juga memiliki keberanian dan jiwa yang besar. Sehingga ia dapat menerima apapun keadaan dirinya dan mulai berusaha mengembangkan bakat yanng dimilikinya.
4.             Latar belakang sosial-ekonomi dan budaya. Tidak menutup kemungkinan, perbedaan latar belakang sosial-ekonomi dan budaya dengan teman-teman di sekolah, di kampus, atau mungkin dalam lingkup lingkungan tetangga, akan menjadi sumber munculnya rasa malu pada diri seseorang, seperti latar belakang pendidikan, suku/ras, pendapatan keluarga, jenis pekerjaan orang tua, dan lain sebaginya. Pendidikan misalnya, seorang dengan latar pendidian yang rendah akan merasa malu dan rendah diri jika bergaul dengan seorang yang lulusan Perguruan Tinggi ternama. Namun yang perlu diketahui adalah bahwa banyak orang yang berhasil meskipun memiliki dasar pendidikan yang rendah atau pun biasa-biasa saja, dan tidak sedikit juga orang-orang dengan latar pendidikan yang tinggi namun memiliki hidup yang biasa-biasa saja.
5.             Penampilan. Kita tidak dapat mengingkari bahwa penampilan adalah unsur yang penting dalam kehidupan kita sehari-hari. Dalam hal pakaian misalnya, jika seseorang tidak merasa nyaman dengan apa yang dikenakan, ia tidak mungkin dapat bersikap santai. Pakaian di sini tidak harus yang bagus dan mahal dan juga memiliki merek ternama, namun yag penting adalah harus mengungkapkan kepribadian dari Si pemakainya. Begitu pula dengan jenis penampilan-penampilan yang lainnya, seperti tatanan rambut, warna dan kesopanan pakaian, parfum yang digunakan, sendal atau sepatu, dan lain sebagainya. Namun yang perlu diingat adalah betapa pun bagus dan rapihnya penampilan seseorang, kepercayaan diri yang sesungguhnya adalah terletak jauh di dalam diri seseorang tersebut, perasaan tentang keberadaan diri, dan ini tidak ada hubungannya dengan pakaian yang robek, rambut yang kusut, sepatu yang lusuh, dan lain sebagainya.
6.             Melakukan sesuatu yang tidak sesuai dengan norma yang ada. Seperti kelepasan bersendawa saat makan bersama dengan teman-teman sekantor. Ini akan menyisakan perasaan tidak enak pada diri yang bersangkutan, sehingga akan membuatnya malu saat di lain waktu bertemu kembali dengan teman-temannya (dalam infopsikologi.com).
7.             Gagal menyesuaikan tindakan dengan standar yang telah ditetapkan. Misalnya, saat seseorang ingin menampilkan kesan sebagai orang yang lucu dan penuh humor, namun setiap melemparkan lelucon tidak pernah mendapatkan tanggapan.
8.             Melakukan suatu kekonyolan atau kebodohan. Seperti, tidak sengaja menumpahkan kopi di baju rekan kerja, tidak sengaja menghilangkan file atau data penting milik teman, ini semua bisa menjadi pemicu seseorang untuk merasa bersalah dan malu dengan kesalahan/kebodohan yang dilakukan.

D.           Cara mengatasi sifat pemalu
Akan selalu ada banyak cara untuk mereka yang ingin berubah. Karena niat adalah yang paling penting, setelah itu diikuti dengan wujud nyata dari niat sendiri. Seorang yang memiliki sifat pemalu, selalu bisa memilih untuk terus bergelut dengan perasaan malu yang membelenggunya, atau memiih keputusan lain di mana ia bisa bebas mengeksplor segala perasaan, potensi dan menjadikan kekurangan sebagai kelebihannya. Cara mengatasi sifat pemalu akan lebih dijelaskan dalam poin-poin berikut.
1.              Ada banyak sumber atau penyebab dari timbulnya rasa malu pada seseorang. Jika ternyata sumber itu berorientasi pada rasa malu yag negatif, artinya rasa malu yang tidak tepat, maka alangkah baiknya untuk mengubah cara pandang dan cara berpikir itu sendiri. Setiap orang pasti memiliki kekurangan dan kelebihannya masing-masing, sehingga tidak perlu merasa minder dengan keadaan orang lain yang mungkin terkesan lebih baik dari kita. Tidak perlu merasa iri, kita hanya perlu tetap bersyukur dan fokus pada pengembangan potensi yang dimiliki, itulah cara terbaik untuk menumbuhkan rasa percaya diri. Jadilah diri sendiri, itu sudah cukup menyenangkan.
2.              Berhentilah memiliki pandangan yang sempit, sehingga seolah-olah seluruh dunia memperhatikan setiap gerak-gerik kita. Tidak ada gunanya untuk terus berfokus pada kekurangan-kekurangan yang kita miliki. Jadi, segera ubah paradigma itu.
3.              Banyak belajar dan memperluas pergaulan. Orang lain tidak akan menilai buruk seseorang yang pintar dan cerdas, dan memiliki banyak teman yang terus mendukung adalah ampuh dalam memupuk rasa percaya diri seseorang. perbaikilah kualitas hubungan dengan teman-teman lama dan mulailah untuk mencari teman-teman baru yang bukan pemalu dan memiliki rasa percaya diri yang baik. Cepat atau lambat, kita juga akan dapat melihat bahwa ternyata tidak ada gunanya terus bergelut dengan perasaan malu yang membuat kita diam di tempat.
4.              Untuk melatih diri, cobalah menciptakan kesempatan untuk bertanya dengan orang yang belum dikenal atau orang baru. Mungkin dengan memulai pembicaraan atau mengajak bicara terlebih dahulu, ini tidak ada salahnya mengingat orang yang memiliki rasa percaya diri yang baik menganggap hal tersebut bukanlah masalah besar (menegur seseorang yang belum dikenal).
5.              Perhatikan penampilan. Seperti yang telah dipaparkan dalam penjelasan sebelumnya, penampilan menaruh peran yang penting untuk meningkatkan rasa percaya diri. Kita tidak akan merasa minder saat bertemu dengan orang lain karena kita telah menampilkan yang terbaik. Tentu saja yang dimaksud di sini adalah penampilan yang tidak terlalu mencolok atau mungkin menor, sesuaikan saja dengan kepribadian yang kita miliki.
6.              Kesalahan utama orang orang pemalu adalah kurangnya self control (pengendalian diri). Terutama jika berada dalam situasi yang tertekan dan asing. Grogi, cemas, salah tingkah, berkeringat adalah beberapa indikasi seseorang sedang berada dalam tekanan. Sebenarnya hal itu bisa diatasi dengan beberapa tips ringan. Mengambil nafas dalam-dalam dan menghembuskannya secara perlahan akan membuat kita merasa sedikit lebih rileks dan tenang. Singkirkan imajinasi negatif mengenai apa yang sedang dihadapi. Hilangkan pemikiran bahwa orang-orang sedang memperhatikan dan berfikir negatif tentang kita.
7.              Sering mencoba hal-hal baru akan lebih membuka wawasan serta pandangan individu mengenai hidup dan kehidupan. Yang pada akhirnya akan memberikan sebuah pemahaman bahwa tidak ada yang tidak mungkin.


BAB III
PENUTUP
A.           Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat kami ambil dari penyusunan makalah ini adalah bahwa rasa malu itu merupakan suatu gejala emosi bawaan pada manusia yang berfungsi sebagai pengendalian diri dari hal-hal yang buruk atau tidak sesuai dengan norma. Namun, rasa malu juga bisa menjadi pengekang jiwa jika dimiliki dalam intensitas yag berlebihan, sehingga akan menghambat proses perkembangan diri. Rasa malu terbagi menjadi dua, yaitu rasa malu yag positif, yaitu rasa malu yang tepat dan rasa malu negatif, yaitu rasa malu yang tidak tepat. Juga dalam kehidupan sehari-hari, malu dibagi lagi menjadi tiga, yaitu malu terhadap diri sendiri, malu terhadap orang lain, dan malu kepada Allah, Sang Pencipta.
Banyak penyebab seseorang merasakan malu yang negatif, seperti keadaan diri yang kekurangan, tidak memiliki paras rupawan, kesehatan yang buruk, keadaan sosial ekonomi yang menengah ke bawah, penampilan yang tidak baik. Sedangkan penyebab seseorang merasakan malu yang positif adalah ketika melanggar aturan, berbuat suatu hal yang konyol, bertindak di luar norma, dan lain sebagainya. Adapun cara mengatasinya adalah dengan mengubah cara pandang dan pola pikir, bahwa setiap orang pasti memiliki kekurangan dan kelebihannya masing-masing, tidak perlu merasa iri dan minder, fokuslah pada pengembangan diri sendiri. Dan juga, setiap orang juga tidak pernah luput dari kesalahan.

B.            Saran
Kepada pembaca yang budiman, kami selaku penyusun makalah sangat menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, baik dari segi penulisan maupun penjabaran materi. Oleh karena  itu, saran yang konstruktif senantiasa kami harapkan untuk penyempurnaan penulisan dan penyusunan makalah di kesempataan yang akan datang.
DAFTAR PUSTAKA

Doubtfire, D. (2010). Mengatasi Perasaan Malu Petunjuk untuk Wanita. Tangerang: BINARUPA AKSARA Publisher.

Ramadhani, S. (2008). THE ART OF POSITIVE COMMUNICATION Mengasah Potensi dan Keribadian Positif pada Anak Melalui Komunikasi Positif. Yogyakarta: Bookmarks.
Firdaus. Mengatasi Rasa Malu. 29 februari 2012. (http://hutantropis.com/mengatasi-rasa-malu). Diakses pada 12 oktober 2014, 19.25 wite.
Tafany. Malu sebagai Human Nature. 19 Juli 2007. (http://tafany.wordpress.com/2007/07/19/malu-sebagai-human-nature/). Diakses pada 06 Oktober 2014, 21.07 wite.
Muhammad Nuh. Malu dan Memalukan. 9 september 2013. (http://m.eramuslim.com/peradaban/pemikiran-islam/drs-ahmad-yani-ketua-ippd-khairu-ummah-malu-dan-memalukan.html). Diakses pada 06 Oktober 2014, 21.10 Wite.
Kancil. Anak Pemalu Sosialisai Terganggu. (http://www.kancilku.com/ind//index.php?option=com_content&task=view&id=294). Diakses pada 06 Oktober 2014, 21.37 Wite.
Rara Rositadewi. Memahami Penyebab Rasa Malu, agar Anda Bisa Mengendalikannya. (http://infopsikologi.com/malu-sebab-dan-sumbernya/). Diakses pada 06 Oktober 2014, 22.17 Wite.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar