BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Setiap orang pasti
pernah merasakan malu. Baik itu dari hal yang kecil maupun yang bersinggungan
dengan hal-hal besar. Malu adalah sifat atau perasaan yang menimbulkan
keengganan melakukan sesuatu yang rendah atau kurang sopan. Perasaan malu itu
sendiri meliputi tiga hal, yaitu malu kepada diri sendiri, malu kepada orang
lain, dan malu kepada Allah.
Perasaan malu
memberikan manusia kekuatan yang preventif (pencegahan) guna menghindarkan diri
dalam kehinaan atau terulangnya kesalahan serupa. Akan tetapi, rasa malu itu
bisa luntur dan pudar, hingga akhirnya lenyap karena berbagai sebab. Jika malu
sudah mati dalam diri seseorang, berarti sudah tidak ada lagi kebaikan yang
bisa diharapkan.
Akan tetapi, malu
merupakan hal yang seharusnya tidak menjadikan kita seorang pribadi yang tidak
bisa berbuat apa-apa. Seperti, malu untuk berteman, malu untuk bertanya, malu
untuk melakukan hal-hal yang membutuhkan keberanian, malu berbicara, sehingga
itu semua hanya akan menghambat perkembangan. Malu bukanlah ditujukan untuk
segala hal, melainkan untuk kejahatan ataupun hal-hal yang memang tidak sesuai
dengan norma atau nilai-nilai yang berlaku dalam masyarakat di tempat kita
tinggal.
Dalam makalah ini, akan
dibahas seputar rasa malu pada manusia di kehidupan sehari-hari. Yang mana,
selain karena tertarik, latar belakang dari penulisan makalah ini adalah untuk
memenuhi kewajiban kami sebagai mahasiswa dalam kegiatan perkuliahan, mata
kuliah Media BK.
B.
Rumusan Masalah
Rumusan
masalah dalam makalah ini sebagai berikut.
1.
Apakah
rasa malu itu?
2.
Apa
saja macam-macam rasa malu?
3.
Apa
saja penyebab munculnya rasa malu?
4.
Bagaimana
cara mengatasi rasa malu?
C.
Tujuan
Tujuan
dari penulisan makalah ini sebagai berikut.
1.
Untuk
mengetahui tentang rasa malu.
2.
Untuk
mengetahui penyebab munculnya rasa malu dan cara mengatasinya.
3.
Untuk
memenuhi tugas mata kuliah Media BK.
D.
Manfaat
Adapun
manfaat dari penulisan makalah ini ialah sebagai berikut.
1.
Dapat
mengetahui secara lebih mendalam tentang rasa malu.
2.
Dapat
mengetahui mengenai penyebab munculnya rasa malu.
3.
Dapat
mengetahui bagaimana cara mengatasi rasa malu.
4.
Sebagai
syarat nilai dalam mata kuliah Media BK.
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian rasa malu
Dalam bukunya, Dianne Doubtfire-seorang novelis
(2007, hal.17) mengemukakan bahwa perasaan malu itu berkaitan dengan orang
lain. Kita tidak merasa malu saat kita tengah sendirian, kita juga tidak merasa
malu dengan hewan peliharaan kita. Dan yang lebih penting bahwa rasa malu itu
sendiri muncul karena adanya rasa cemas dalam diri akan pendapat orang lain
tentang kita.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, malu dapat diartikan dalam beberapa hal, yaitu
tergantung sebab dan kondisinya. Pertama, malu adalah peraaan tidak enak hati
karena berbuat sesuatu yang kurang baik, atau kurang benar dan tidak sesuai
dengan kebiasaan, nilai-nilai dan norma yang berlaku. Maka kemungkinan perasaan
malu di sini akan membuat seseorang yang bersangkutan lebih berhati-hati dalam
bersikap dan bertingkah laku.
Kedua, malu diartikan sebagai rasa segan melakukan
sesuatu karena ada rasa hormat. Malu di sini ditujukan kepada orang yang lebih
dihormati, orang yang terpandang, atau mungkin orang yang lebih tua. Perasaan
malu ini membuat seseorang menjadi lebih hati-hati dalam berbicara, bersikap
dan bertingkah laku. Dalam konteks ini, bila dilakukan dalam kadar yang tepat
dan sesuai, maka keharmonisan hidup pasti akan terjaga.
Ketiga, malu diartikan sebagai perasaan kurang
senang, dalam artian merasa malu karena merasa diri lebih rendah, hina, tidak
berarti, dsb. Malu dalam konteks ini memiliki kandungan nilai yang negatif.
Suka merendahkan diri adalah ciri orang yang tidak menghargai dirinya sendiri.
Sedangkan malu dalam pandangan psikologi memiliki
padanan kata shyness dan shame (dalam blog tafany,
tafany.wordpress.com). Shyness berarti sifat malu-malu
seperti, malu berbicara di depan umum, malu untuk berbicara dengan orang yang
tidak dikenal, malu bertemu orang banyak, dsb. Sifat inilah yang bisa menjadi
penghambat bagi individu dalam proses perkembangannya dan membuat si penderita
kehilangan banyak kesempatan berharga. Seseorang dengan sifat seperti ini akan
cenderung menarik diri dari lingkungan masyarakat.
Sedangkan shame
diartikan dengan malu dan merasa rendah diri karena telah melakukan sesuatu hal
yang buruk. Dan mengenai konsep baik-buruknya di sini tergantung dengan
persepsi yang dianut oleh masyarakat di tempat tinggalnya.
Berdasarkan
beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan antara
rasa malu dan sifat pemalu. Rasa malu muncul dalam diri kita hanya pada
saat-saat tertentu, seperti saat kita salah menyebut nama orang lain, berbuat
hal buruk dan diketahui oleh orang lain, telah melakukan kekonyolan atau
kebodohan, dan lain sebagainya.
Sedangkan sifat pemalu merupakan keadaan yang terus-menerus, bahkan dengan
alasan yang sebenarnya bisa dijadikan kesempatan, seperti berpidato dalam
acara-acara tertentu, bertemu dengan banyak orang sehingga kemungkinan akan
memiliki banyak teman, dan lain sebagainya.
Jadi,
rasa malu itu merupakan suatu gejala emosi bawaan pada manusia yang berfungsi
sebagai pengendalian diri dari hal-hal yang buruk atau tidak sesuai dengan
norma. Namun, rasa malu juga bisa menjadi pengekang jiwa jika dimiliki dalam
intensitas yag berlebihan, sehingga akan menghambat proses perkembangan diri.
B.
Macam-macam rasa malu
Dari beberapa pengertian (sekaligus penyebab) rasa
malu yang telah disebutkan di atas, kita dapat membagi rasa malu menjadi dua
bagian, yaitu rasa malu yang positif dan rasa malu yang negatif. Mengingat
masih banyak orang yang salah mempersepsikan rasa malu dan akhirnya keliru
dalam meletakkan rasa malunya.
1.
Rasa
malu yang positif, yaitu rasa malu yang tepat penempatannya, artinya kita
merasa malu jika kita berbuat yang tidak seharusnya (berbuat buruk, kejahatan,
dll). Akan sangat baik jika setiap orang memiliki rasa malu yang positif ini,
karena akan membuat setiap orang berpikir dua kali untuk melakukan hal yang
tidak senonoh. Rasa malu ini juga bernilai motivasi karena mendorong individu
agar terus menjaga martabat dan harga dirinya sebagai makhluk yang berkualitas.
2.
Rasa
malu yang negatif, yaitu rasa malu yang tidak tepat. Dalam artian malah
menjadikan kita pribadi yang tidak berkembang. Menjauhkan kita dari berbagai
kesempatan untuk berhasil. Rasa malu yang negatif yaitu ketika kita merasa malu
saat hendak melakukan hal yang baik dan bermanfaat, malu untuk berpidato, malu
untuk mempresentasikan makalah, malu untuk bicara kebaikan di depan banyak
orang, sehingga ini semua memungkinkan diri kita menjadi seorang yang
antisosial dan tentu saja menarik diri dari interaksi dengan masyarakat. Malu
yang seperti ini sama sekali tidak dianjurkan.
Kemudian, dalam
kehidupan manusia, malu terbagi menjadi tiga (dalam blog Muhammad Nuh
eramuslim.com) yaitu malu terhadap diri sendiri, malu kepada orang lain dan
malu kepada Sang Pencita, Allah.
1.
Malu
kepada diri sendiri, mengindikasikan bahwa seseorang itu malu jika ada
kewajiban-kewajibannya yang tidak terlaksana. Malu kepada diri sendiri
berkaitan dengan derajat martabat dan kedudukan yang disandang. Misalnya, bila
menjadi orang tua, seharusnya mempunyai perasaan malu jika ternyata tidak bisa
memberi contoh yang baik kepada anak-anaknya. Malu kepada diri sendiri,
memungkinkan seseorang selalu menjaga citra diri dan martabatnya, dan bukan
malah merusaknya.
2.
Malu
kepada orang lain, yaitu berkaitan dengan kehadiran orang lain, baik yang
dikenal maupun tidak. Dalam konteks ini, malu dirasakan ketika kesalahan yang
diperbuat diketahui oleh orang lain. Rasa malu di sini sebenarnya baik dalam
upaya pencegahan untuk berbuat salah/buruk, tetapi apabila telah terjadi, maka
rasa malu yang didapatkan akan memberi kesan jera bagi yang bersangkutan,
sehingga tidak akan mengulangi kesalahan yang sama. Tetapi, akan menjadi hal
yang berbahaya ketika orang yang telah berbuat dosa atau kesalahan, dan karena
merasa malu jika diketahui orang lain, maka ia akan berusaha semampunya agar
tidak ketahuan, meskipun harus ditutupi dengan berbagai macam kebohongan dan
tindak kejahatan lainnya.
3.
Malu
yang ketiga, adalah malu kepada Sang Pencipta Allah, jika tidak melakukan
perintah-perintahNya, dan malah melakukan hal-hal yang dilarang, dengan
anggapan bahwa Allah tidak mengetahuinya. Seseorang yang memiliki keyakinan
seperti ini akan sangat merugikan diri sendiri maupun orang lain.
C.
Penyebab munculya rasa malu
Ketika kita telah memahami alasan-alasan mengapa
kita mempunyai sifat pemalu, maka kita berada dalam posisi lebih baik untuk
mengatasinya. Sifat pemalu di sini lebih berorientasi pada rasa malu yang
negatif, dan sedikit tentang rasa malu yang positif. Pada saat kita berbicara
mengenai penyebab timbulnya sifat pemalu dalam diri kita, maka tidak ada
salahnya jika berhenti sejenak pada konsep diri yang kita miliki. Kemudian
beberapa hal lainnya yang sudah disinggung dalam pembahasan di atas. Berikut
penyebab munculnya rasa malu.
1.
Konsep
diri yang kurang baik, sebagai hasil dari perjalanan hidup yang kurang
menyenangkan. Banyak sekali hal-hal yang menyebabkan konsep diri individu
menjadi negatif. Misalnya, pengalaman ketika kecil pernah diejek dan diolok-olok
oleh teman-teman, pernah melakukan suatu kebodohan yang memalukan di depan
umum, dan lain sebagainya. Sehingga akan membuat seseorang tidak lagi memiliki
citra diri yang baik mengenai dirinya. Dan hal ini merupakan suatu akibat/
hasil daripada proses yang panjang. Dimulai dari masa anak-anak dan berlangsung
sampai dewasa. Konsep diri yang buruk membuat seseorang tidak lagi menganggap
dirinya berarti, akan mudah merasa minder, pemalu, tidak percaya diri, dan
sejumlah perasaan-perasaan negatif lainnya. Konsep diri yang baik akan bermuara
pada bersemayamnya rasa kepercayaan diri yang baik pula. Rasa percaya diri
merupakan suatu sifat di mana seseorang percaya pada kemampuan yang ia miliki.
Percaya bahwa dirinya mampu mengatasi
kendala yang dihadapi, dan sebagai bentuk dari penerimaannya terhadap kelebihan
dan kekurangannya. Seseorang dengan sifat malu yang berlebihan, kemungkinan
memiliki konsep diri yang negatif. Terlebih lagi jika tidak adanya dukungan
dari lingkungan baik keluarga maupun masyarakat yang membantu individu (dari
usia anak-anak) untuk membangun konsep diri yag positif. Contohnya, tidak
adanya penerimaan dari pihak keluarga (orang tua) atas kekurangan yang dimiliki
(Safitri R. 2008, 116).
2.
Pola
asuh orang tua dan lingkungan. Dua hal ini merupakan faktor penting yang sangat
berperan dalam tumbuh kembangnya individu selain dari pada faktor biologis.
Seseorang dengan sifat pemalu bisa saja merupakan faktor bawaan dari orang
tuanya, namun pola asuh yang diberikan oleh orang tuanya juga penting. Sehingga
rasa malu anak yang tadinya berlebihan tidak sampai berkelanjutan. Artinya,
bila anak dibesarkan dalam lingkungan keluarga yang terlalu mengekang, atau
barangkali justru cenderung mengabaikan, over
protective, kerap mengkritik, sehingga hal ini akan membuat anak menjadi
minim sosialisasi, dan akhirnya sifat pemalu bawaan tadi akan terus melekat
hingga ia beranjak remaja, bahkan dewasa (www.kancil.com).
3.
Kesehatan.
Keadaan fisik yang tidak terlalu baik, kecacatan, kesehatan yang buruk,
pengasingan dalam waktu yang panjang dikarenakan suatu penyakit, akan membuat
seseorang tidak mempunyai kepercayaan diri, merasa terasingkan, dan menjadi
pemalu. Tetapi tentu saja akan berbeda dengan mereka yang memiliki masalah
kesehatan, namun juga memiliki keberanian dan jiwa yang besar. Sehingga ia
dapat menerima apapun keadaan dirinya dan mulai berusaha mengembangkan bakat
yanng dimilikinya.
4.
Latar
belakang sosial-ekonomi dan budaya. Tidak menutup kemungkinan, perbedaan latar
belakang sosial-ekonomi dan budaya dengan teman-teman di sekolah, di kampus,
atau mungkin dalam lingkup lingkungan tetangga, akan menjadi sumber munculnya
rasa malu pada diri seseorang, seperti latar belakang pendidikan, suku/ras,
pendapatan keluarga, jenis pekerjaan orang tua, dan lain sebaginya. Pendidikan
misalnya, seorang dengan latar pendidian yang rendah akan merasa malu dan
rendah diri jika bergaul dengan seorang yang lulusan Perguruan Tinggi ternama.
Namun yang perlu diketahui adalah bahwa banyak orang yang berhasil meskipun
memiliki dasar pendidikan yang rendah atau pun biasa-biasa saja, dan tidak
sedikit juga orang-orang dengan latar pendidikan yang tinggi namun memiliki
hidup yang biasa-biasa saja.
5.
Penampilan.
Kita tidak dapat mengingkari bahwa penampilan adalah unsur yang penting dalam
kehidupan kita sehari-hari. Dalam hal pakaian misalnya, jika seseorang tidak
merasa nyaman dengan apa yang dikenakan, ia tidak mungkin dapat bersikap
santai. Pakaian di sini tidak harus yang bagus dan mahal dan juga memiliki
merek ternama, namun yag penting adalah harus mengungkapkan kepribadian dari Si
pemakainya. Begitu pula dengan jenis penampilan-penampilan yang lainnya,
seperti tatanan rambut, warna dan kesopanan pakaian, parfum yang digunakan,
sendal atau sepatu, dan lain sebagainya. Namun yang perlu diingat adalah betapa
pun bagus dan rapihnya penampilan seseorang, kepercayaan diri yang sesungguhnya
adalah terletak jauh di dalam diri seseorang tersebut, perasaan tentang
keberadaan diri, dan ini tidak ada hubungannya dengan pakaian yang robek,
rambut yang kusut, sepatu yang lusuh, dan lain sebagainya.
6.
Melakukan
sesuatu yang tidak sesuai dengan norma yang ada. Seperti kelepasan bersendawa
saat makan bersama dengan teman-teman sekantor. Ini akan menyisakan perasaan
tidak enak pada diri yang bersangkutan, sehingga akan membuatnya malu saat di
lain waktu bertemu kembali dengan teman-temannya (dalam infopsikologi.com).
7.
Gagal
menyesuaikan tindakan dengan standar yang telah ditetapkan. Misalnya, saat
seseorang ingin menampilkan kesan sebagai orang yang lucu dan penuh humor,
namun setiap melemparkan lelucon tidak pernah mendapatkan tanggapan.
8.
Melakukan
suatu kekonyolan atau kebodohan. Seperti, tidak sengaja menumpahkan kopi di
baju rekan kerja, tidak sengaja menghilangkan file atau data penting milik
teman, ini semua bisa menjadi pemicu seseorang untuk merasa bersalah dan malu
dengan kesalahan/kebodohan yang dilakukan.
D.
Cara mengatasi sifat pemalu
Akan selalu ada banyak cara untuk mereka yang ingin
berubah. Karena niat adalah yang paling penting, setelah itu diikuti dengan
wujud nyata dari niat sendiri. Seorang yang memiliki sifat pemalu, selalu bisa
memilih untuk terus bergelut dengan perasaan malu yang membelenggunya, atau
memiih keputusan lain di mana ia bisa bebas mengeksplor segala perasaan,
potensi dan menjadikan kekurangan sebagai kelebihannya. Cara mengatasi sifat
pemalu akan lebih dijelaskan dalam poin-poin berikut.
1.
Ada
banyak sumber atau penyebab dari timbulnya rasa malu pada seseorang. Jika
ternyata sumber itu berorientasi pada rasa malu yag negatif, artinya rasa malu
yang tidak tepat, maka alangkah baiknya untuk mengubah cara pandang dan cara
berpikir itu sendiri. Setiap orang pasti memiliki kekurangan dan kelebihannya
masing-masing, sehingga tidak perlu merasa minder dengan keadaan orang lain
yang mungkin terkesan lebih baik dari kita. Tidak perlu merasa iri, kita hanya
perlu tetap bersyukur dan fokus pada pengembangan potensi yang dimiliki, itulah
cara terbaik untuk menumbuhkan rasa percaya diri. Jadilah diri sendiri, itu
sudah cukup menyenangkan.
2.
Berhentilah
memiliki pandangan yang sempit, sehingga seolah-olah seluruh dunia
memperhatikan setiap gerak-gerik kita. Tidak ada gunanya untuk terus berfokus
pada kekurangan-kekurangan yang kita miliki. Jadi, segera ubah paradigma itu.
3.
Banyak
belajar dan memperluas pergaulan. Orang lain tidak akan menilai buruk seseorang
yang pintar dan cerdas, dan memiliki banyak teman yang terus mendukung adalah
ampuh dalam memupuk rasa percaya diri seseorang. perbaikilah kualitas hubungan
dengan teman-teman lama dan mulailah untuk mencari teman-teman baru yang bukan
pemalu dan memiliki rasa percaya diri yang baik. Cepat atau lambat, kita juga
akan dapat melihat bahwa ternyata tidak ada gunanya terus bergelut dengan
perasaan malu yang membuat kita diam di tempat.
4.
Untuk
melatih diri, cobalah menciptakan kesempatan untuk bertanya dengan orang yang
belum dikenal atau orang baru. Mungkin dengan memulai pembicaraan atau mengajak
bicara terlebih dahulu, ini tidak ada salahnya mengingat orang yang memiliki
rasa percaya diri yang baik menganggap hal tersebut bukanlah masalah besar
(menegur seseorang yang belum dikenal).
5.
Perhatikan
penampilan. Seperti yang telah dipaparkan dalam penjelasan sebelumnya,
penampilan menaruh peran yang penting untuk meningkatkan rasa percaya diri.
Kita tidak akan merasa minder saat bertemu dengan orang lain karena kita telah
menampilkan yang terbaik. Tentu saja yang dimaksud di sini adalah penampilan
yang tidak terlalu mencolok atau mungkin menor, sesuaikan saja dengan
kepribadian yang kita miliki.
6.
Kesalahan utama orang orang pemalu
adalah kurangnya self control (pengendalian diri). Terutama jika berada dalam
situasi yang tertekan dan asing. Grogi, cemas, salah tingkah, berkeringat
adalah beberapa indikasi seseorang sedang berada dalam tekanan. Sebenarnya hal
itu bisa diatasi dengan beberapa tips ringan. Mengambil nafas dalam-dalam dan
menghembuskannya secara perlahan akan membuat kita merasa sedikit lebih rileks
dan tenang. Singkirkan imajinasi negatif mengenai apa yang sedang dihadapi. Hilangkan
pemikiran bahwa orang-orang sedang memperhatikan dan berfikir negatif tentang
kita.
7.
Sering mencoba hal-hal baru akan
lebih membuka wawasan serta pandangan individu mengenai hidup dan kehidupan.
Yang pada akhirnya akan memberikan sebuah pemahaman bahwa tidak ada yang tidak
mungkin.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat kami ambil dari
penyusunan makalah ini adalah bahwa rasa malu itu merupakan suatu gejala emosi
bawaan pada manusia yang berfungsi sebagai pengendalian diri dari hal-hal yang
buruk atau tidak sesuai dengan norma. Namun, rasa malu juga bisa menjadi
pengekang jiwa jika dimiliki dalam intensitas yag berlebihan, sehingga akan
menghambat proses perkembangan diri. Rasa malu terbagi menjadi dua, yaitu rasa
malu yag positif, yaitu rasa malu yang tepat dan rasa malu negatif, yaitu rasa
malu yang tidak tepat. Juga dalam kehidupan sehari-hari, malu dibagi lagi
menjadi tiga, yaitu malu terhadap diri sendiri, malu terhadap orang lain, dan
malu kepada Allah, Sang Pencipta.
Banyak penyebab seseorang merasakan malu yang
negatif, seperti keadaan diri yang kekurangan, tidak memiliki paras rupawan,
kesehatan yang buruk, keadaan sosial ekonomi yang menengah ke bawah, penampilan
yang tidak baik. Sedangkan penyebab seseorang merasakan malu yang positif
adalah ketika melanggar aturan, berbuat suatu hal yang konyol, bertindak di
luar norma, dan lain sebagainya. Adapun cara mengatasinya adalah dengan
mengubah cara pandang dan pola pikir, bahwa setiap orang pasti memiliki
kekurangan dan kelebihannya masing-masing, tidak perlu merasa iri dan minder,
fokuslah pada pengembangan diri sendiri. Dan juga, setiap orang juga tidak
pernah luput dari kesalahan.
B.
Saran
Kepada pembaca yang budiman, kami selaku penyusun
makalah sangat menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, baik dari
segi penulisan maupun penjabaran materi. Oleh karena itu, saran yang konstruktif senantiasa kami
harapkan untuk penyempurnaan penulisan dan penyusunan makalah di kesempataan
yang akan datang.
DAFTAR PUSTAKA
Doubtfire, D. (2010). Mengatasi Perasaan Malu Petunjuk untuk Wanita. Tangerang: BINARUPA AKSARA Publisher.
Ramadhani, S.
(2008). THE ART OF POSITIVE COMMUNICATION Mengasah Potensi dan
Keribadian Positif pada Anak Melalui Komunikasi Positif. Yogyakarta:
Bookmarks.
Firdaus. Mengatasi Rasa Malu. 29 februari 2012. (http://hutantropis.com/mengatasi-rasa-malu).
Diakses pada 12 oktober 2014, 19.25 wite.
Tafany.
Malu sebagai Human Nature. 19
Juli 2007.
(http://tafany.wordpress.com/2007/07/19/malu-sebagai-human-nature/).
Diakses pada 06 Oktober 2014, 21.07 wite.
Muhammad
Nuh. Malu dan Memalukan. 9
september 2013.
(http://m.eramuslim.com/peradaban/pemikiran-islam/drs-ahmad-yani-ketua-ippd-khairu-ummah-malu-dan-memalukan.html).
Diakses pada 06 Oktober 2014, 21.10 Wite.
Kancil. Anak Pemalu Sosialisai Terganggu. (http://www.kancilku.com/ind//index.php?option=com_content&task=view&id=294).
Diakses pada 06 Oktober 2014, 21.37 Wite.
Rara
Rositadewi. Memahami Penyebab Rasa
Malu, agar Anda Bisa Mengendalikannya. (http://infopsikologi.com/malu-sebab-dan-sumbernya/).
Diakses pada 06 Oktober 2014, 22.17 Wite.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar