Minggu, 05 Juni 2016

Laporan - Konseling Perguruan Tinggi



BAB I
PENDAHULUAN
  1. LATAR BELAKANG
Dewasa ini perkembangan kondisi ekonomi, social, budaya masyarakat semakin pesat. Dunia sedang memasuki zaman informasi, bangsa-bangsa yang belum maju ada dorongan untuk mengejar ketertinggalannya sehingga dalam waktu yang sesingkat-singkatnya dapat ikut serta memasuki zaman informasi yang pada akhirnya terciptalah era globalisasi. Era globalisasi mengharuskan setiap komponen dari masyarakat untuk berpacu, meningkatkan kompetensi sehingga mampu menjawab tantangan zaman. Begitu juga halnya dengan lembaga pendidikan, sebagai pencetak generasi penerus bangsa, lembaga pendidikan sudah semestinya bertanggung jawab secara penuh dan terarah untuk mengembangkan kemampuan mahasiswa agar mampu bersaing, termasuk di dalamnya kemampuan untuk mempersiapkan diri untuk masuk ke dunia karir yang diminatinya.
Sebenarnya belajar diperguruan tinggi bukan suatu pekerjaan yang berat, karena tidak terlalu padat seperti belajar di SMA. diperguruan tinggi, mahasiswa hanya mengikuti kuliah pada hari-hari dan jam-jam tertentu saja. kondisi tersebut sebenarnya menguntungkan, karena mahasiswa dapat memanfaatkan waktu yang tersedia dengan berbagai macam kegiatan, baik akademik maupun non akademik. namun dalam kenyatanya ada saja problematik yang sering ditemui para mahasiswa, seperti kesulitan mengikuti perkuliahan, kejenuhan dan kemalasan,kurang motivasi, ketidakmampuan mengelola waktu, keuangan, pergaulan, indekost, masalah cinta dll.
Semua problematika diatas sebenarnya suatu hal yang biasa dalam kehidupan mahasiswa. mahasiswa memang sedang mengalami transisi dari remaja menuju dewasa. mengatasi problematika tersebut tidaklah mudah. Sebagai mahasiswa memang sedikit banyak harus mengatasi masalahnya sendiri. Namun mengapa banyak mahasiswa yang nilai IP-nya minim, kuliahnya terkatung-katung dan tidak kunjung usai.
Pada penelitian yang ditemukan Kramer, dkk (dalam Herr, 1996:292) terhadap mahasiswa Universitas Cornell ditemukan 48 % mahasiswa laki-laki dan 61 % mahasiswa perempuan mengalami masalah dalam pilihan dan perencanaan karir. Penelitian lain menemukan bahwa sebagian mahasiswa yang memasuki perguruan tinggi di Amerika menginginkan adanya pendampingan dalam perencanaan karir atau pilihan karir. Dari penelitian tersebut ditemukan betapa butuhnya mahasiswa terhadap pembimbingan (Assistance) terhadap karir yang akan ia tuju. Agus Rianto (2006) mengemukakan banyak tantangan yang akan dihadapi mahasiswa dalam menentukan karir, diantaranya adalah ketidak pastian karir, pengaksesan informasi dan program pengembangan karir, dan tantangan-tantangan ekonomi dan teknologi. Untuk mengantisipasi tantangan-tangan ini perlu bagi perguruan tinggi untuk memberikan pelayanan yang optimal terhadap perkembangan karir mahasiswa
A.Muri Yusuf, (2006) mengatakan program Konseling Karir di perguruan tinggi, lebih banyak dikemas untuk: (1) mendorong perkembangan karir, (2) menyediakan treatment dan (3) menolong dalam penempatan. A.Muri Yusuf menegaskan bahwa kemasan konseling karir disatuan pendidikan banyak diwarnai oleh tujuan dan tingkatan satuan pendidikan disatu pihak dan perkembangan diri individu sesuai dengan tugas-tugas perkembangannya dipihak lain. Melalui pendidikan tiap individu mendapatkan wawasan, pengetahuan, dan keterampilan serta penanaman sikap dan nilai-nilai sesuai dengan tujuan satuan pendidikannya.
Mahasiswa sebelum memasuki perguruan tinggi pada umumnya telah menentukan pilihan program studi ataupun jurusan yang akan diambilnya berdasarkan pengetahuan, minat dan bakat serta jenis pekerjaan yang akan diembannya setelah menamatkan pendidikannya nanti.
Pendidikan tinggi dalam hal ini jurusan atau pun program studi telah mempersiapkan seperangkat paket pembelajaran (kurikulum) yang harus diselesaikan mahasiswa dalam waktu tertentu (3 tahun untuk tingkat akademi, dan 4 tahun untuk tingkat strata S1). Kurikulum pendidikan tinggi telah dirancang sedemikian rupa, sehingga mahasiswa yang telah menamatkan pendidikannya sudah memiliki kompetensi sesuai dengan pekerjaan atau jabatan yang akan diembannya.
Dalam kurikulum dikenal dengan kompetensi utama minimal yang terdiri dari Kompetensi Pengembangan Kepribadian.(KPK), Kompetensi Landasan Keilmuan dan Keterampilan (KKK), Kompetensi Keahlian Berkarya (KKB), dan Kompetensi Berkehidupan Bermasyarakat (KBB). Secara terintegratif pelayanan dosen dalam menyajikan perkuliahan menggunakan berbagai metode seperti seminar, workshop, pengalaman lapangan, penelitian dan tugas akhir sesuai dengan tujuan kurikuler dan tujuan institusional. Mengacu kepada kurikulum tersebut dapat dikatakan bahwa pendidikan tinggi merupakan lembaga pendidikan keahlian, keterampilan dan pra occupational.

  1. RUMUSAN MASALAH
Dari uraian diatas dan berbagai macam problematika mahasiswa tersebut, pada makalah ini penulis merinci rumusan masalah yang akan dibahas. Rumusan masalah tersebut diantaranya:
    1. Apa saja problematika yang dihadapi oleh mahasiswa secara umum?
    2. Apa dan bagaimana peran dosen dalam bimbingan konserling?
    3. Bagaimana bimbingan dan konseling di perguruan tinggi?
    4. Bagaimana bimbingan karir di perguruan tinggi?


2.      TUJUAN
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah
    1. Agar mahasiswa dapat mengenali potensi dirinya baik sebagai individu, maupun sebagai kelompok.
    2. Mahasiswa dapat mengatasi masalah yang menimpa dirinya
    3. Mahasiswa dapat mengembangkan minat dan bakatnya, sehingga dapat di implementasikan dan dikembangkan pada saat terjun kemasyarakat ataupun dunia kerja.
    4. Bagi dosen agar mengetahui fungsinya selain sebagai pengajar juga sebagai konselor di perguruan tinggi.
BAB II
KONSELING DI PERGURUAN TINGGI

  1. KARAKTERISTIK MANUSIA
Pengetahuan tentang hakekat dan kedudukan manusia merupakan bagian amat esensial, karena dengan pengetahuan tersebut dapat diketahui tentang hakekat manusia, kedudukan dan perananya di alam semesta ini. Manusia merupakan pribadi yang unik, yang mempunyai kesiapan dan kemampuan fisik, psikis serta intelektual yang berbeda satu sama lainya. Sebagaimana firman Allah SWT dalam Al- Qur’an surat Al- Israa ayat 21:
Artinya:
”Perhatikanlah bagaimana kami lebihkan sebagian dari mereka atas sebagian (yang lain). dan pasti kehidupan akhirat lebih Tinggi tingkatnya dan lebih besar keutamaannya”. (QS. Al- Israa’ ayat 21)
Ayat diatas merupakan isyarat yang jelas tentang karakteristik manusia, yaitu tentang adanya perbedaan individual antar manusia. demikian juga dalam lingkungan kampus, sebagai mahasiswa mempunyai karakteristik yang berbeda satu sama lainya. Al-Quran menggambaarkan manusia sebagai suatu makhluk pilihan Tuhan, sebagai khalifahnya di bumi, Yang di dalam dirinya ditanamkan sifat mengakui Tuhan, bebas terpecaya, rasa tanggung jawab terhadap dirinya maupun alm semesta, serta karunia keunggulan terhadap alam semesta, langit dan bumi. Tetapi dengan kedukungan yang demikian, manusia sering melupakan hakekat dirinya sebagai hamba Allah. Manusia sering bertndak sewenang-wenang, tidak mematuhi aturan yang mengikat dirinya, dan sering merasa congkak dan takabur terhadap Allah SWT.
Manusia dilahirkan sebagai pribadi dengan ciri-ciri karakteristik individualnya. Pribadi manusia setiap mengahadapi lingkungan hidupnya dengan mana ia harus menyesuaikan keunikan pribadinya. Dalam proses penyesuaian ini pribadi menghadapi pribadi lain. Mereka saling mempengaruhi sehingga pribadi masing-masing saling berkembang. Sebagai pribadi, manusia harus mengadakan berbagai pilihan pribadi dalam proses penyesuaian, dan kadang-kadang manusia menghadapi persoalan-persoalan pribadi. pada umumnya manusia sebagai pribadi dapat dengan mudah menyelesaikan masalah-masalanya sendiri tanpa bantuan manusia lain. Tetapi banyak pula pribadi yang tidak mampu memecahkan persoalan pribadinya dengan baik. Pribadi demikian sangat membutuhkan solusi dari pribadi lain.
Perbedaan karakteristik dari manusia tidak lain karena perbedaan antar individu memiliki tugas-tugas perkembangan yang harus dipenuhinya serta memiliki kebutuhan yang berbeda satu sama lain. Menurut Maslow, kebutuhan pokok manusia terdiri dari 6 tingkat yang dapat mendorong prilakunya, kebutuhan tersebut antar lain:
  1. Kebutuhan Fisik (Physilogical Needs) yang diperlukan untuk mempertahankan hidup, kebutuhan ini disebut juga sebagi kebutuhan primer, seperti Makan, istirhat , udara yang segar air dll.
  2. Kebutuhan akan rasa aman (Safety Needs). seorang akan terganggu pada situasi yang kacau dan ia mudah menarik diri dalam situasi yang membahayakan.
  3. Kebutuhan untuk mencintau dan dicintai (Love Needs) merupakan dorongan dan kehausan baginya untuk mendapatkan tempat dalam suatu kelomok dimana ia memperoleh kehangatan perasan dalam hubungan dengan masyarakat lain secara umum.
  4. Kebutuhan akan harga diri (Esteem Needs). Menuntut pengakuan individu sebagai pribadi yang bernilai.
  5. Kebutuhan akan aktualisasi diri (Self actualization). Memberikan dorongan kepada individu untuk mengembangkan seluruh potensi dalam dirinya.
  6. Kebutuhan untuk mengetahui dan mengerti (Desire to know and to understand). Tampak pada individu yang cenderung untuk mensistematisasikan segalnya, menganalisis, mengorganisasi, dan mencari hubunganya dalam kesatuan yang utuh.
Untuk menemukan jawaban atas pertanyaan tentang karakteristik manusia tersebut, tentunya tidak dapat dilepaskan dari berbagai aliran filsafat yang ada, mulai dari filsafat klasik sampai dengan filsafat modern dan bahkan filsafat post-modern. Dari berbagai aliran filsafat yang ada, para penulis Barat .(Victor Frankl, Patterson, Alblaster & Lukes, Thompson & Rudolph, dalam Prayitno, 2003) telah mendeskripsikan tentang hakikat manusia sebagai berikut:
  1. Manusia adalah makhluk rasional yang mampu berfikir dan mempergunakan ilmu untuk meningkatkan perkembangan dirinya.
  2. Manusia dapat belajar mengatasi masalah-masalah yang dihadapinya apabila dia berusaha memanfaatkan kemampuan-kemampuan yang ada pada dirinya.
  3. Manusia berusaha terus-menerus memperkembangkan dan menjadikan dirinya sendiri khususnya melalui pendidikan.
  4. Manusia dilahirkan dengan potensi untuk menjadi baik dan buruk dan hidup berarti upaya untuk mewujudkan kebaikan dan menghindarkan atau setidak-tidaknya mengontrol keburukan.
  5. Manusia memiliki dimensi fisik, psikologis dan spiritual yang harus dikaji secara mendalam.
  6. Manusia akan menjalani tugas-tugas kehidupannya dan kebahagiaan manusia terwujud melalui pemenuhan tugas-tugas kehidupannya sendiri.
  7. Manusia adalah unik dalam arti manusia itu mengarahkan kehidupannya sendiri.
  8. Manusia adalah bebas merdeka dalam berbagai keterbatasannya untuk membuat pilihan-pilihan yang menyangkut perikehidupannya sendiri. Kebebasan ini memungkinkan manusia berubah dan menentukan siapa sebenarnya diri manusia itu adan akan menjadi apa manusia itu.
  9. Manusia pada hakikatnya positif, yang pada setiap saat dan dalam suasana apapun, manusia berada dalam keadaan terbaik untuk menjadi sadar dan berkemampuan untuk melakukan sesuatu
Dengan memahami hakikat manusia tersebut maka setiap upaya bimbingan dan konseling diharapkan tidak menyimpang dari hakikat tentang manusia itu sendiri. Seorang konselor dalam berinteraksi dengan kliennya harus mampu melihat dan memperlakukan kliennya sebagai sosok utuh manusia dengan berbagai dimensinya.
  1. PROBLEMATIKA MAHASISWA
Sebenarnya belajar diperguruan tinggi bukan suatu pekerjaan yang berat, karena tidak terlalu padat seperti belajar di SMA. diperguruan tinggi, mahasiswa hanya mengikuti kuliah pada hari-hari dan jam-jam tertentu saja. kondisi tersebut sebenarnya menguntungkan, karena mahasiswa dapat memanfaatkan waktu yang tersedia dengan berbagai macam kegiatan, baik akademik maupun non akademik. namun dalam kenyatanya ada saja problematik yang sering ditemui para mahasiswa, seperti kesulitan mengikuti perkuliahan, kejenuhan dan kemalasan,kurang motivasi, ketidakmampuan mengelola waktu, keuangan, pergaulan, indekost, masalah cinta dll.
Mayoritas masalah mahasiswa ialah kemungkinan-kemungkinan bekerja sambil kuliah, ekonomi orang tua lemah, kesulitan biaya hidup mempersiapkan diri mengikuti persaingan untuk masuk kerja. Permasalahan yang banyak muncul dari mahasiswa diantaranya takut menjadi pengangguran, salah pilih program studi, memilih alternatif pekerjaan, upaya mendapatkan pekerjaan paroh waktu (part time), tidak memahami potensi diri dan sebagainya, yang tentunya dalam pelayanan konseling bisa dilaksanakan konseling kelompok, hal-hal berkenaan dengan fenomena-fenomena di lapangang tentang suatu hal, seperti : mempersiapkan diri menempuh ujian CPNS, pelayanan konseling yang dapat diberikan adalah layanan bimbingan kelompok, baik topic tugas maupun topic bebas.
Menurut Paryati Sudarman dalam bukunya yang berjudul belajar efektif di perguruan tinggi, Problematika yang sering di hadapi mahasiswa ketika belajar di perguruan tinggi adalah:
1) Kejenuhan dan Kemalasan
Belajar di perguruan tinggi memakan waktu yang tidak sebentar. hal ini sering kali mendatangkan rasa jenuh dan malas belajar. Belum lagi tuntunan kemandirian yang lain yang akan membawa pengaruh terhadap kehidupan psikis.
2) Ketidakmampuan mengelola waktu
Waktu tak pernah kembali. itulah falsafah waktu. efektifitas belajar di perguruan tinggi sangat bergantung pada bagaimana mahasiswa mengelola waktu tersebut. dengan keterbatasan waktu tersebut mahasiswa dituntut untuk memanfaatkan waktu sebaik-baiknya.
3) Kurang berminat pada mata kuliah atau dosen tertentu.
Kurangnya minat pada matakuliah atau dosen tertentu dapat menjadi penghambat mahasiswa dalam belajar di perguruan tinggi. Demikian pula halnya dengan dosen, bila anda tidak suka dengan dosen tersebut,usahakan untuk tetap mengikuti perkuliahannya. Anda tidak mungkin menghindar dari dosen yang bersangkutan. Hilangkan perasaan tidak suka pada dosen tersebut.
4) Keuangan
Kekurangan dan kelebihan uang akan menjadi problematik selama belajar di perguruan tinggi. kekurangan uang akan menghambat mahasiswa dalam belajar karena tugas-tugas dan masalah yang berhubungan dengan finansial solusinya kurang dapat diatasi tanpa keuangan yang cukup. sebaliknya kelebihan uang pun bisa menjadi masalah bagi mahasiswa. Mahasiswa yang mempunyai banyak uang biasanya cenderung menghambur-hamburkan uang untuk keperluan yang tidak penting (konsumtif). Fasillitas yang tersedia di kota besar sangat banyak, sehingga akan menjadikanya terlena dan lupa akan tugasnya sebagai mahasiswa.
5) Lingkungan pergaulan
Keberhasilan belajar di perguruan tinggi juga dipengaruhi oleh lingkungan pergaulan anda, jika anda bergaul pada lingkungan yang kondusif, anda tidak akan mengalami hambatan dalam belajar. Tetapi jika anda berada dalam pergaulan yang tidak kondusif, anda akan mengalami hambatan dalam belajar. Tidak sedikit mahasiswa yang mengalami drop out karena pengaruh lingkungan pergaulan.
6) Tempat kost
Bagi yang berasal dari daerah lain atau kota lain, tempat kost adalah tempat yang sangat menentukan. Ditempat kost itulah anda akan belajar, istirahat dan bahkan bersosialisasi dengan lingkunganya.
7) Cinta dan pergaulan bebas
Problematik yang palimg krusial yang paling banyak dialami oleh mahasiswa adalah masalah cinta. Jatuh cinta, pacaran , patah hati adalah siklus klasik, yamg hampir semua orang mengalaminya, termasuk mahasiswa. Namun dalam kennyataanya banyak pula mahasiswa yang mengalami hambatan belajar di perguruan tinggi hanya karena cinta.
  1. PERAN DOSEN
Mengenai mutu pendidikan khususnya tingkat  prestasi belajar selalu menjadi bahan pembicaraan dari berbagai kalangan, baik birokrat, pemerhati, pengelola perguruan tinggi maupun dari kalangan dosen. Pertanyaan mendasar yang diajukan, adalah: Mengapa mahasiswa yang mempunyai tingkat prestasi belajar rendah cukup besar, dapatkah tingkat prestasi tersebut ditingkatkan? Bila dapat bagaimana cara meningkatkannya. Hal ini mungkin disebabkan karena mahasiswa belum melaksanakan tugasnya secara optimal, demikian pula dosen belum melakukan perannya secara ideal.
Akhir-akhir ini di lingkungan perguruan tinggi muncul suatu tanggapan dari pimpinan Universitas, fakultas maupun Jurusan tentang, efektivitas bimbingan akademis mahasiswa dari para dosen. Banyak diantara para dosen selaku pembimbing akademi belum melakukan perannya secara ideal. Pada umumnya mereka hanya memberikan pengesahan Kartu Rencana Studi(KRS), mengevaluasi boleh dan tidaknya  mengikuti ujian atas dasar kehadiran kuliahnya hanya sekedar mengesahkan beberapa jumlah Satuan Kredit Semester (SKS) yang boleh diambil dan mata kuliah mana yang boleh diambil atas dasar Indeks Prestasi (IP) yang dicapai sebelumnya, hanya sekedar mengesahkan beberapa jumlah SKS yang telah dicapai guna persyaratan akademis tertentu
Para ahli psikologi menyadari pentingnya bimbingan akademis dari para dosen dalam rangka peningkatan prestasi belajar mahasiswa agar kualitas pendidikan khususnya di Perguruan Tinggi dapat diperoleh secara optimal. Berdasarkan  kenyataan tersebut, maka pada makalah ini akan dibahas secara berturut-turut. Peran dan fungsi ideal dosen.
Dalam PP. 30 tahun 1990, tentang fungsi Perguruan Tinggi dengan itu pula  PP 60 tahun 1999 Bab II pasal 2 tujuan pendidikan tinggi. Berdasarkan fungsi dan tujuan yang termaktub dalam PP, maka seorang dosen sebagai salah satu anggota civitas akademika perguruan tinggi memiliki peran dan fungsi yang sangat strategis. Peran dan fungsi tersebut adalah:
a)      Dosen adalah sebagai organisator, artinya dosen harus mampu mengorganisir kegiatan belajar mahasiswa sehingga mencapai keberhasilan belajar yang optimal.
b)      Dosen sebagai fasilitator artinya dosen harus mampu memberikan kebebasan bagi mahasiswa dalam mengembangkan potensi yang dimilikinya, serta berusaha membina kemandirian mahasiswa.
c)      Dosen sebagai innovator artinya pengetahuan yang disampaikan kepada mahasiswa harus selalu Up To Date, dalam arti mampu menyerap nilai-nilai budaya yang serba canggih, selalu mengkaji pengalaman, selalu mengkaji ilmu pengetahuan dan teknologi, bersikap demokratis, memberikan kemungkinan kepada mahasiswa untuk berkreasi dan dapat menemukan konsep dan prinsip sendiri serta membantu mahasiswa dalam mencari sumber dan kegiatan belajar. Dosen sebagai penemu artinya disamping tugas pokoknya mengajar, dosen juga harus melaksanakan penelitian baik yang berhubungan dengan kegiatan belajar mengajar maupun yang sesuai dengan bidang keahliannya. Melalui penelitian ini diharapkan dosen mampu menghasilkan temuan-temuan baru yang konstruktif untuk selanjutnya dapat disumbangkan kepada penentu kebijakan melalui lembaganya masing-masing demi kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi.
d)      Dosen sebagai teladan artinya yang memberi contoh bukan hanya cara berpikir saja tetapi dalam hal bersikap, bertindak serta berprilaku.
e)      Dosen sebagai evaluator artinya: harus mengerti, memahami dan menguasai hakekat evaluasi. Evaluasi di sini dapat dipergunakan secara tidak terbatas, meliputi beberapa aspek kehidupan, tetapi juga dapat dipergunakan untuk
f)        melihat satu aspek saja, tetapi juga prestasinya. Perlu diperhatikan pula bahwa evaluasi terhadap hasil belajar itu menunjukkan pula bagaimana prestasi mengajar dosen.
g)      Dosen adalah sebagai pemandu artinya, menunjukkan jalan bagi perjalanan belajar para mahasiswanya.
h)      Dosen sebagai pencipta, artinya dosen harus mampu menciptakan situasi dan kondisi belajr yang kondusif, sehingga proses belajar mengajar berjalan dengan baik.
i)        Dosen sebagai pengabdi dan pelayan bagi masyarakat, artinya dosen selain mengajar juga melakukan pengabdian kepada masyarakat dengan ilmu pengatahuan serta pengalaman dan segala potensi yang dimiliki sebgai sumbangsihnya untuk kemajuan masyarakat.
j)        Dosen sebagai konsellor, artinya dosen harus mampu membantu mahasiswanya dalam memecahkan kesulitan baik dalam kegiatan belajar maupun yang lainnya. Maka dari itu seorang dosen harus memahami prinsip-prinsip bimbingan, memehami psikologi belajar, teori belajar, juga tentang ilmu kesehatan jiwa.
  1. BIMBINGAN KARIR DI PERGURUAN TINGGI
Menurut Herr, dkk. (1996:294) mengungkapkan hal-hal yang harus diperhatikan perguruan tinggi dalam rangka mengembangkan pelayanan bimbingan karir terhadap mahasiswa, yaitu :
1. Komitmen Institusi
Agar mahasiswa memiliki perencanaan yang baik terhadap karir dan kehidupannya di masa akan dating, dibutuhkan komitmen/keteguhan hati yang sungguh-sungguh dari lembaga pendidikan tinggi itu sendiri. Survey yang dilakukan Reardon, dkk(dalam Herr, dkk. 1996:295) ditemukan program bimbingan karir yang dibutuhkan mahasiswa diantaranya berkenaan dengan informasi pekerjaan, informasi pendidikan yang sedang ditempuh, informasi pengungkapan diri mahasiswa, pelatihan pengambilan keputusan, konseling kelompok berkenaan dengan karir, dsb. Hal ini tentunya membutuhkan komitmen yang kuat dari seluruh komponen di perguruan tinggi, termasuk pimpinan, dosen dan karyawan, untuk mengembangkan karir mahasiswanya.
2. Pertimbangan Perencanaan
Berhubungan dengan kesegeraan bimbingan karir yang diberikan kepada mahasiswa, jangan sampai informasi/pelayanan yang diberikan tidak lagi dibutuhkan oleh mahasiswa dalam rangka pengembangan dirinya.
3. Pelayanan yang Komplek
Meliputi hal hal sebagai berikut :
a. Career Advising
Hal ini berkaitan dengan peran penasehat akademis dalam mencapai tujuan pendidikan yang sedang ditempuh serta hubungan antara kurikulum program studi yang ditempuh dengan kesempatan karir nantinya
b. Konseling Karir
Konseling karir merupakan bantuan yang diberikan oleh konselor dalam rangka membantu mahasiswa untuk evaluasi diri dan pengentasan permasalahannya yang berkenaan dengan karir.
c. Perencanaan Karir
Merupakan arahan yang akan dipakai mahasiswa dalam mengenal dunia kerja dan mengarah kepadanya.
Ke tiga komponen tersebut saling berhubungan dan akan bisa dilaksanan dengan pembentukan lima komponen dalam universitas yaitu :
a. Program universitas/perguruan tinggi dalam pendidikan karir secara terstruktur dan komprehensif
b. Badan/unit tertentu yang melayani untuk mahasiswa dan penasehat akademis dalam rangka informasi karir dan penempatan karir
c. Penasehat akademis dengan berbagai pengetahuannya.
d. Pusat adminsitrasi pelayanan akademik yang secara sungguh-sungguh memiliki waktu dan kemauan yang tinggi untuk membantu mahasiswa
e. Badan/unit konseling dan penasehat akademik.
Tujuan bimbingan karier adalah untuk membantu mahasiswa memahami perencanaan karier dan proses penempatan setelah mereka menamatkan perguruan tinggi. untuk mencapai tujuan tersebut diperlukan adanya:
1. Bantuan dalam pemilihan bidang pelayanan utama
2. Bantuan dalam penilaian diri dan analisis diri
3. Bantuan dalam memahami dunia karier
4. Bantuan dalam pengambilan keputusan
5. Bantuan dalam memasuki dunia kerja
  1. PROGRAM BIMBINGAN KARIR DI PERGURUAN TINGGI
Menurut Herr, dkk (1996, 300) mengemukakan bahwa program konseling kelompok, konseling individual dan konseling teman sebaya merupakan pendekatan yang banyak dilakukan dalam pemberian pelayanan bimbingan dan konseling karier. Prosedur dan kegiatan yang dapat digunakan dalam menyusun pedoman karier dan konseling mahasiswa perguruan tinggi ialah:
1. Melakukan seminar karier dengan melibatkan lembaga penerima tenaga kerja (konsumen) dengan mahasiswa dan PT.
2. Menyusun program intensif yang dapat memberi pengalaman dalam beberapa disiplin ilmu.
3. Melakukan aplikasi instrumen, sebagai balikan bagi mahasiswa dalam upaya pemahaman dirinya.
4. Menugaskan mahasiswa melakukan interview kapada karyawan suatu pekerjaan.
5. Kunjungan perpustakaan, bursa kerja dan pertemuan-pertemuan karier yang banyak dilakukan pengusaha.
6. Konselor menginformasikan berbagai jenis dan persyaratan berbagai macam pekerjaan yang mungkin dapat dilamar mahasiswa setelah tamat kuliah.
Konselor bekerja sama dengan program studi perlu memberikan dan menyediakan layanan informasi karir, informasi ini dilakukan agar mahasiswa mampu mengenal secara jelas arah pembinaan yang akan dijalani mahasiswa dan sekaligus memandang ke depan tentang apa yang hendak dicapai dan diterapkan setelah lulus nantinya. Walters dan Saddlemire (dalam Herr, 1996:292) menyatakan bahwa 85% dari mahasiswa Universitas Negeri Green Bowling membutuhkan informasi karier, berkenaan dengan :
a Pekerjaan yang sesuai dengan dengan jurusan yang diambilnya
b Tempat dan personil yang dapat membantu perencanaan karier
c Pengalaman langsung dan kunjungan kerja serta kerja separoh waktu tentang pekerjaan yang diyakininya.
d Pemahaman diri (potensi diri) untuk memantapkan pilihan pekerjaan yang sesuai dengan pensifatan yang dimilikinya.
e Pengetahuan dan keterampilan tentang pasar kerja.
f Membantu merencanakan perkuliahan yang fleksibilitas dalam memilih beberapa pekerjaan yang berbeda
Selanjutnya, informasi karir perlu dilengkapi dengan informasi lowongan karir yang memperlihatkan “keberadaan” karir tersebut di lapangan, khususnya tentangjumlah posisi yang ada, di mana lowongan itu ada, penerimaan masyarakat terhadap karir tersebut, dan hal-hal lain yang perlu dikembangkan berkenaan dengan karir yang dimaksudkan itu (Prayitno, 2007:7). Lebih jau, informasi setiap karir dapat diuraikan lebih rinci lagi dengan mengembangkan berbagai tuntutan ataupun kondisi yang dikehendaki dari orang-orang atau tenaga yang memiliki kehendak/minat memasuki pekerjaan/karir yang dimaksudkan itu, seperti persyaratan ijazah, umur dan jenis kelamin, penguasaan keterampilan dan pengalaman, riwayat diri dan pekerjaan, kesehatan, kemampuan khusus dan lulus seleksi. Dengan informasi karir yang diberikan tersebut, dapat memberikan arahan yang nyata kepada mahasiswa tentang pekerjaan-pekerjaan apa saja yang akan diampu.
Selain informasi karir yang dimaksud, juga bisa diberikan informasi kepada mahasiswa secara klasikal bagaimana mengembangkan dirinya secara optimal Contoh : Layanan informasi tentang Meniti Karir, dengan bagian-bagian penjelasan berkenaan dengan kenali diri, citra diri, yakin dan percaya terhadap diri, mengatur diri, pengendalian diri, berpikir menang-menang, bersikap positif dan proaktif, motivasi diri, sikapi pekerjaan dengan semangat yang tinggi, tingkatkan diri secara berkelanjutan, dahulukan apa yang utama dan penting, selesaikan apa yang telah anda mulai, mengelola krisis secara kreatif, dan berdoa dan berserah diri kepada tuhan yang maha kuasa (A. Muri Yusuf, 2002:88).
Bagi mahasiswa di perguruan tinggi, pilihan dan penempatan mereka pada program/jurusan yang sesuai dengan “siapa dia” sangat penting, karena pilihan program studi yang tidak tepat akan mengakibatkan persiapan arah karir mereka tidak berada pada jalur yang benar (A.Muri Yusuf, 2002:60), oleh karena itu Konselor melalui lembaga yang menaunginya perlu memperhatikan hal ini.
Mayoritas masalah mahasiswa ialah kemungkinan-kemungkinan bekerja sambil kuliah, ekonomi orang tua lemah, kesulitan biaya hidup mempersiapkan diri mengikuti persaingan untuk masuk kerja. Selain itu, perguruan tinggi perlu membentuk pusat tenaga kerja, yang berusaha untuk memfasilitasi mahasiswa terhadap kebutuhan tenaga kerja di lapangan (Herr, 1996:307).

BAB III
PENUTUP
A KESIMPULAN
Sebenarnya belajar diperguruan tinggi bukan suatu pekerjaan yang berat, karena tidak terlalu padat seperti belajar di SMA. diperguruan tinggi, mahasiswa hanya mengikuti kuliah pada hari-hari dan jam-jam tertentu saja. kondisi tersebut sebenarnya menguntungkan, karena mahasiswa dapat memanfaatkan waktu yang tersedia dengan berbagai macam kegiatan, baik akademik maupun non akademik. namun dalam kenyatanya ada saja problematik yang sering ditemui para mahasiswa, seperti kesulitan mengikuti perkuliahan, kejenuhan dan kemalasan,kurang motivasi, ketidakmampuan mengelola waktu, keuangan, pergaulan, indekost, masalah cinta dll.
Untuk mengatasi permasalahan mahasiswa tersebut diatas, maka seorang mahasiswa dituntut minimal untuk mengatasi maslanya sendiri, yaitu melalui pembelajaran yang efektif dan efesien, dismping itu juga kesadaran pribadi juga sangat diperlukan selain kedisiplinan yang tinggi. Disamping itu juga peran dosen sangat diperlukan dalam pengembangan mahasiswa diperguruan tinggi.
Bimbingan dan konseling karier di perguruan tinggi luar negeri dan dalam negeri, ternyata tidak ada perbedaan yang berarti, baik jenis layanan maupun isi layanan. Baberapa kesimpulan yang dapat dirumuskan ialah:
a. Pemahaman potensi diri (pensifatan), sebaiknya di ketahui sebelum memilih program studi di perguruan tinggi dan memilih pekerjaan yang sesuai setelah tamat di PT.
b. Informasi tentang karier yang sesuai dengan program studi mahasiswa sangat dibutuhkan, seperti peluang-peluang yang ada, persyaratan melamar pekerjaan, tugas pokok dan fungsi pekerjaan, prospek pengambangan dan penggajian
c. Peluang kerja separoh waktu (bekerja sambil belajar sangat diminati mahasiswa, karena mereka umumnya datang dari keluarga yang kurang mampu).
d. Pelayanan bimbingan dan konseling karier di perguruan tinggi sangat di butuhkan mahasiswa. Kerja sama UPBK dan Unit Pelayanan Jass serta organisasi alumni akan memperbesar dan memperluas informasi kerja berguna bagi mahasiswa.
Untuk mengakomodir dan memberikan pelayanan bimbingan karir yang baik bagi mahasiswa sehingga mampu berkembang dengan optimal, masing-masing perguruan tinggi perlu membentuk lembaga khusus yang mewadahi untuk itu. Prayitno (2007:135) mengungkapkan perguruan tinggi perlu membentuk Unit Pelayanan Konseling (UPK) yang memberikan pelayanan konseling kepada mahasiswa dan klien-kliennya, baik dari dalam maupun dari luar kampus. UPK ini akan mengelola pelayanan kepada mahasiswa dalam arti luas yaitu, pelayanan pra perguruan tinggi, pelayanan era perguruan tinggi dan pelayanan pasca perguruan tinggi. Pelayanan pra perguruan tinggi diperlukan untuk menjangkau siswa-siswa SLTA yang akan memasuki PT sebagai informasi awal tentang program studi yang akan diikuti sehingga mampu merencanakan karir yang lebih baik dan sesuai dengan potensinya, pelayanan era perguruan tinggi diberikan kepada mahasiswa yang sedang menjalani perkuliahan di kampus, untuk lebih memantapkan pengembangan keilmuannya, sedangkan pelayanan pasca perguruan tinggi diberikan terhadap alumni-alumni sebagai upaya untuk memasuki dunia kerja.
B SARAN
Saran penulis adalah agar mahasiswa sebisa mungkin mengatasi masalahnya sendiri, dan jika tidak bisa mengatasi masalahnya, maka disarankan untuk berkonsultasi dengan dosen pembimbing juga dosen wali, sehingga apa yang menjadi problema dalam diri mahasiswa tersebut dapat terselesaikan. Sehingga apa yang menjadi tujuan dari pendidikan indonesia pada umumnya dan tujuan pendidikan perguruan tinggi pada khususnya dapat terwujud.
Demikian makalah ini disusun, semoga ada manfaatnya dalam pengembangan kegiatan pelayanan bimbingan dan konseling karier di Perguruan Tinggi.

DAFTAR PUSTAKA
A, Hallen. 2002. Bimbingan dan Konseling. Jakarta: Ciputat Pers
A Muri Yusuf, (2002). Kiat Sukses Dalam Karir. Ghalia Indonesia
A.Muri Yusuf, (2006). Konseling Karier dalam Satuan Pendidikan dan Praktik Pribadi, (Makalah). Padang, Universitas Negeri Padang.
Syah, Muhibbin. 2003. Psikologi Belajar. Jakarta : PT Raja Grafindo.
Depdiknas, 2004. Dasar Standarisasi Profesi Konseling. Jakarta : Bagian Proyek Peningkatan Tenaga Akdemik Dirjen Dikti
Sudarman, Paryati. 2004. Belajar Efektif di Perguruan Tinggi. Bandung: Simbiosa Rekatama Media.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar