BAB I
PENDAHULUAN
- LATAR BELAKANG
Dewasa
ini perkembangan kondisi ekonomi, social, budaya masyarakat semakin pesat.
Dunia sedang memasuki zaman informasi, bangsa-bangsa yang belum maju ada
dorongan untuk mengejar ketertinggalannya sehingga dalam waktu yang
sesingkat-singkatnya dapat ikut serta memasuki zaman informasi yang pada
akhirnya terciptalah era globalisasi. Era globalisasi mengharuskan setiap
komponen dari masyarakat untuk berpacu, meningkatkan kompetensi sehingga mampu
menjawab tantangan zaman. Begitu juga halnya dengan lembaga pendidikan, sebagai
pencetak generasi penerus bangsa, lembaga pendidikan sudah semestinya
bertanggung jawab secara penuh dan terarah untuk mengembangkan kemampuan
mahasiswa agar mampu bersaing, termasuk di dalamnya kemampuan untuk
mempersiapkan diri untuk masuk ke dunia karir yang diminatinya.
Sebenarnya
belajar diperguruan tinggi bukan suatu pekerjaan yang berat, karena tidak
terlalu padat seperti belajar di SMA. diperguruan tinggi, mahasiswa hanya
mengikuti kuliah pada hari-hari dan jam-jam tertentu saja. kondisi tersebut
sebenarnya menguntungkan, karena mahasiswa dapat memanfaatkan waktu yang
tersedia dengan berbagai macam kegiatan, baik akademik maupun non akademik.
namun dalam kenyatanya ada saja problematik yang sering ditemui para mahasiswa,
seperti kesulitan mengikuti perkuliahan, kejenuhan dan kemalasan,kurang
motivasi, ketidakmampuan mengelola waktu, keuangan, pergaulan, indekost,
masalah cinta dll.
Semua
problematika diatas sebenarnya suatu hal yang biasa dalam kehidupan mahasiswa.
mahasiswa memang sedang mengalami transisi dari remaja menuju dewasa. mengatasi
problematika tersebut tidaklah mudah. Sebagai mahasiswa memang sedikit banyak
harus mengatasi masalahnya sendiri. Namun mengapa banyak mahasiswa yang nilai
IP-nya minim, kuliahnya terkatung-katung dan tidak kunjung usai.
Pada
penelitian yang ditemukan Kramer, dkk (dalam Herr, 1996:292) terhadap mahasiswa
Universitas Cornell ditemukan 48 % mahasiswa laki-laki dan 61 % mahasiswa
perempuan mengalami masalah dalam pilihan dan perencanaan karir. Penelitian
lain menemukan bahwa sebagian mahasiswa yang memasuki perguruan tinggi di
Amerika menginginkan adanya pendampingan dalam perencanaan karir atau pilihan
karir. Dari penelitian tersebut ditemukan betapa butuhnya mahasiswa terhadap
pembimbingan (Assistance) terhadap karir yang akan ia tuju. Agus Rianto (2006)
mengemukakan banyak tantangan yang akan dihadapi mahasiswa dalam menentukan
karir, diantaranya adalah ketidak pastian karir, pengaksesan informasi dan
program pengembangan karir, dan tantangan-tantangan ekonomi dan teknologi.
Untuk mengantisipasi tantangan-tangan ini perlu bagi perguruan tinggi untuk
memberikan pelayanan yang optimal terhadap perkembangan karir mahasiswa
A.Muri
Yusuf, (2006) mengatakan program Konseling Karir di perguruan tinggi, lebih
banyak dikemas untuk: (1) mendorong perkembangan karir, (2) menyediakan
treatment dan (3) menolong dalam penempatan. A.Muri Yusuf menegaskan bahwa
kemasan konseling karir disatuan pendidikan banyak diwarnai oleh tujuan dan
tingkatan satuan pendidikan disatu pihak dan perkembangan diri individu sesuai
dengan tugas-tugas perkembangannya dipihak lain. Melalui pendidikan tiap
individu mendapatkan wawasan, pengetahuan, dan keterampilan serta penanaman
sikap dan nilai-nilai sesuai dengan tujuan satuan pendidikannya.
Mahasiswa
sebelum memasuki perguruan tinggi pada umumnya telah menentukan pilihan program
studi ataupun jurusan yang akan diambilnya berdasarkan pengetahuan, minat dan
bakat serta jenis pekerjaan yang akan diembannya setelah menamatkan
pendidikannya nanti.
Pendidikan
tinggi dalam hal ini jurusan atau pun program studi telah mempersiapkan
seperangkat paket pembelajaran (kurikulum) yang harus diselesaikan mahasiswa
dalam waktu tertentu (3 tahun untuk tingkat akademi, dan 4 tahun untuk tingkat
strata S1). Kurikulum pendidikan tinggi telah dirancang sedemikian rupa,
sehingga mahasiswa yang telah menamatkan pendidikannya sudah memiliki
kompetensi sesuai dengan pekerjaan atau jabatan yang akan diembannya.
Dalam
kurikulum dikenal dengan kompetensi utama minimal yang terdiri dari Kompetensi
Pengembangan Kepribadian.(KPK), Kompetensi Landasan Keilmuan dan Keterampilan
(KKK), Kompetensi Keahlian Berkarya (KKB), dan Kompetensi Berkehidupan
Bermasyarakat (KBB). Secara terintegratif pelayanan dosen dalam menyajikan
perkuliahan menggunakan berbagai metode seperti seminar, workshop, pengalaman
lapangan, penelitian dan tugas akhir sesuai dengan tujuan kurikuler dan tujuan
institusional. Mengacu kepada kurikulum tersebut dapat dikatakan bahwa
pendidikan tinggi merupakan lembaga pendidikan keahlian, keterampilan dan pra
occupational.
- RUMUSAN MASALAH
Dari
uraian diatas dan berbagai macam problematika mahasiswa tersebut, pada makalah
ini penulis merinci rumusan masalah yang akan dibahas. Rumusan masalah tersebut
diantaranya:
- Apa saja problematika yang dihadapi oleh mahasiswa secara umum?
- Apa dan bagaimana peran dosen dalam bimbingan konserling?
- Bagaimana bimbingan dan konseling di perguruan tinggi?
- Bagaimana bimbingan karir di perguruan tinggi?
2. TUJUAN
Tujuan
dari pembuatan makalah ini adalah
- Agar mahasiswa dapat mengenali potensi dirinya baik sebagai individu, maupun sebagai kelompok.
- Mahasiswa dapat mengatasi masalah yang menimpa dirinya
- Mahasiswa dapat mengembangkan minat dan bakatnya, sehingga dapat di implementasikan dan dikembangkan pada saat terjun kemasyarakat ataupun dunia kerja.
- Bagi dosen agar mengetahui fungsinya selain sebagai pengajar juga sebagai konselor di perguruan tinggi.
BAB II
KONSELING DI PERGURUAN TINGGI
- KARAKTERISTIK MANUSIA
Pengetahuan
tentang hakekat dan kedudukan manusia merupakan bagian amat esensial, karena
dengan pengetahuan tersebut dapat diketahui tentang hakekat manusia, kedudukan
dan perananya di alam semesta ini. Manusia merupakan pribadi yang unik, yang
mempunyai kesiapan dan kemampuan fisik, psikis serta intelektual yang berbeda
satu sama lainya. Sebagaimana firman Allah SWT dalam Al- Qur’an surat Al- Israa
ayat 21:
Artinya:
”Perhatikanlah bagaimana kami lebihkan sebagian dari mereka
atas sebagian (yang lain). dan pasti kehidupan akhirat lebih Tinggi tingkatnya
dan lebih besar keutamaannya”. (QS. Al- Israa’ ayat 21)
Ayat
diatas merupakan isyarat yang jelas tentang karakteristik manusia, yaitu
tentang adanya perbedaan individual antar manusia. demikian juga dalam
lingkungan kampus, sebagai mahasiswa mempunyai karakteristik yang berbeda satu
sama lainya. Al-Quran menggambaarkan manusia sebagai suatu makhluk pilihan
Tuhan, sebagai khalifahnya di bumi, Yang di dalam dirinya ditanamkan sifat mengakui
Tuhan, bebas terpecaya, rasa tanggung jawab terhadap dirinya maupun alm
semesta, serta karunia keunggulan terhadap alam semesta, langit dan bumi.
Tetapi dengan kedukungan yang demikian, manusia sering melupakan hakekat
dirinya sebagai hamba Allah. Manusia sering bertndak sewenang-wenang, tidak
mematuhi aturan yang mengikat dirinya, dan sering merasa congkak dan takabur
terhadap Allah SWT.
Manusia
dilahirkan sebagai pribadi dengan ciri-ciri karakteristik individualnya.
Pribadi manusia setiap mengahadapi lingkungan hidupnya dengan mana ia harus
menyesuaikan keunikan pribadinya. Dalam proses penyesuaian ini pribadi
menghadapi pribadi lain. Mereka saling mempengaruhi sehingga pribadi
masing-masing saling berkembang. Sebagai pribadi, manusia harus mengadakan berbagai
pilihan pribadi dalam proses penyesuaian, dan kadang-kadang manusia menghadapi
persoalan-persoalan pribadi. pada umumnya manusia sebagai pribadi dapat dengan
mudah menyelesaikan masalah-masalanya sendiri tanpa bantuan manusia lain.
Tetapi banyak pula pribadi yang tidak mampu memecahkan persoalan pribadinya
dengan baik. Pribadi demikian sangat membutuhkan solusi dari pribadi lain.
Perbedaan
karakteristik dari manusia tidak lain karena perbedaan antar individu memiliki
tugas-tugas perkembangan yang harus dipenuhinya serta memiliki kebutuhan yang
berbeda satu sama lain. Menurut Maslow, kebutuhan pokok manusia terdiri dari 6
tingkat yang dapat mendorong prilakunya, kebutuhan tersebut antar lain:
- Kebutuhan Fisik (Physilogical Needs) yang diperlukan untuk mempertahankan hidup, kebutuhan ini disebut juga sebagi kebutuhan primer, seperti Makan, istirhat , udara yang segar air dll.
- Kebutuhan akan rasa aman (Safety Needs). seorang akan terganggu pada situasi yang kacau dan ia mudah menarik diri dalam situasi yang membahayakan.
- Kebutuhan untuk mencintau dan dicintai (Love Needs) merupakan dorongan dan kehausan baginya untuk mendapatkan tempat dalam suatu kelomok dimana ia memperoleh kehangatan perasan dalam hubungan dengan masyarakat lain secara umum.
- Kebutuhan akan harga diri (Esteem Needs). Menuntut pengakuan individu sebagai pribadi yang bernilai.
- Kebutuhan akan aktualisasi diri (Self actualization). Memberikan dorongan kepada individu untuk mengembangkan seluruh potensi dalam dirinya.
- Kebutuhan untuk mengetahui dan mengerti (Desire to know and to understand). Tampak pada individu yang cenderung untuk mensistematisasikan segalnya, menganalisis, mengorganisasi, dan mencari hubunganya dalam kesatuan yang utuh.
Untuk
menemukan jawaban atas pertanyaan tentang karakteristik manusia tersebut,
tentunya tidak dapat dilepaskan dari berbagai aliran filsafat yang ada, mulai
dari filsafat klasik sampai dengan filsafat modern dan bahkan filsafat
post-modern. Dari berbagai aliran filsafat yang ada, para penulis Barat .(Victor
Frankl, Patterson, Alblaster & Lukes, Thompson & Rudolph, dalam
Prayitno, 2003) telah mendeskripsikan tentang hakikat manusia sebagai berikut:
- Manusia adalah makhluk rasional yang mampu berfikir dan mempergunakan ilmu untuk meningkatkan perkembangan dirinya.
- Manusia dapat belajar mengatasi masalah-masalah yang dihadapinya apabila dia berusaha memanfaatkan kemampuan-kemampuan yang ada pada dirinya.
- Manusia berusaha terus-menerus memperkembangkan dan menjadikan dirinya sendiri khususnya melalui pendidikan.
- Manusia dilahirkan dengan potensi untuk menjadi baik dan buruk dan hidup berarti upaya untuk mewujudkan kebaikan dan menghindarkan atau setidak-tidaknya mengontrol keburukan.
- Manusia memiliki dimensi fisik, psikologis dan spiritual yang harus dikaji secara mendalam.
- Manusia akan menjalani tugas-tugas kehidupannya dan kebahagiaan manusia terwujud melalui pemenuhan tugas-tugas kehidupannya sendiri.
- Manusia adalah unik dalam arti manusia itu mengarahkan kehidupannya sendiri.
- Manusia adalah bebas merdeka dalam berbagai keterbatasannya untuk membuat pilihan-pilihan yang menyangkut perikehidupannya sendiri. Kebebasan ini memungkinkan manusia berubah dan menentukan siapa sebenarnya diri manusia itu adan akan menjadi apa manusia itu.
- Manusia pada hakikatnya positif, yang pada setiap saat dan dalam suasana apapun, manusia berada dalam keadaan terbaik untuk menjadi sadar dan berkemampuan untuk melakukan sesuatu
Dengan
memahami hakikat manusia tersebut maka setiap upaya bimbingan dan konseling
diharapkan tidak menyimpang dari hakikat tentang manusia itu sendiri. Seorang
konselor dalam berinteraksi dengan kliennya harus mampu melihat dan
memperlakukan kliennya sebagai sosok utuh manusia dengan berbagai dimensinya.
- PROBLEMATIKA MAHASISWA
Sebenarnya
belajar diperguruan tinggi bukan suatu pekerjaan yang berat, karena tidak
terlalu padat seperti belajar di SMA. diperguruan tinggi, mahasiswa hanya
mengikuti kuliah pada hari-hari dan jam-jam tertentu saja. kondisi tersebut
sebenarnya menguntungkan, karena mahasiswa dapat memanfaatkan waktu yang
tersedia dengan berbagai macam kegiatan, baik akademik maupun non akademik.
namun dalam kenyatanya ada saja problematik yang sering ditemui para mahasiswa,
seperti kesulitan mengikuti perkuliahan, kejenuhan dan kemalasan,kurang motivasi,
ketidakmampuan mengelola waktu, keuangan, pergaulan, indekost, masalah cinta
dll.
Mayoritas
masalah mahasiswa ialah kemungkinan-kemungkinan bekerja sambil kuliah, ekonomi
orang tua lemah, kesulitan biaya hidup mempersiapkan diri mengikuti persaingan
untuk masuk kerja. Permasalahan yang banyak muncul dari mahasiswa diantaranya
takut menjadi pengangguran, salah pilih program studi, memilih alternatif
pekerjaan, upaya mendapatkan pekerjaan paroh waktu (part time), tidak memahami
potensi diri dan sebagainya, yang tentunya dalam pelayanan konseling bisa
dilaksanakan konseling kelompok, hal-hal berkenaan dengan fenomena-fenomena di
lapangang tentang suatu hal, seperti : mempersiapkan diri menempuh ujian CPNS,
pelayanan konseling yang dapat diberikan adalah layanan bimbingan kelompok,
baik topic tugas maupun topic bebas.
Menurut
Paryati Sudarman dalam bukunya yang berjudul belajar efektif di perguruan
tinggi, Problematika yang sering di hadapi mahasiswa ketika belajar di
perguruan tinggi adalah:
1) Kejenuhan dan Kemalasan
Belajar
di perguruan tinggi memakan waktu yang tidak sebentar. hal ini sering kali
mendatangkan rasa jenuh dan malas belajar. Belum lagi tuntunan kemandirian yang
lain yang akan membawa pengaruh terhadap kehidupan psikis.
2) Ketidakmampuan mengelola waktu
Waktu
tak pernah kembali. itulah falsafah waktu. efektifitas belajar di perguruan
tinggi sangat bergantung pada bagaimana mahasiswa mengelola waktu tersebut.
dengan keterbatasan waktu tersebut mahasiswa dituntut untuk memanfaatkan waktu
sebaik-baiknya.
3) Kurang berminat pada mata kuliah atau dosen tertentu.
Kurangnya
minat pada matakuliah atau dosen tertentu dapat menjadi penghambat mahasiswa
dalam belajar di perguruan tinggi. Demikian pula halnya dengan dosen, bila anda
tidak suka dengan dosen tersebut,usahakan untuk tetap mengikuti perkuliahannya.
Anda tidak mungkin menghindar dari dosen yang bersangkutan. Hilangkan perasaan
tidak suka pada dosen tersebut.
4) Keuangan
Kekurangan
dan kelebihan uang akan menjadi problematik selama belajar di perguruan tinggi.
kekurangan uang akan menghambat mahasiswa dalam belajar karena tugas-tugas dan
masalah yang berhubungan dengan finansial solusinya kurang dapat diatasi tanpa
keuangan yang cukup. sebaliknya kelebihan uang pun bisa menjadi masalah bagi
mahasiswa. Mahasiswa yang mempunyai banyak uang biasanya cenderung
menghambur-hamburkan uang untuk keperluan yang tidak penting (konsumtif).
Fasillitas yang tersedia di kota besar sangat banyak, sehingga akan
menjadikanya terlena dan lupa akan tugasnya sebagai mahasiswa.
5) Lingkungan pergaulan
Keberhasilan
belajar di perguruan tinggi juga dipengaruhi oleh lingkungan pergaulan anda,
jika anda bergaul pada lingkungan yang kondusif, anda tidak akan mengalami
hambatan dalam belajar. Tetapi jika anda berada dalam pergaulan yang tidak
kondusif, anda akan mengalami hambatan dalam belajar. Tidak sedikit mahasiswa
yang mengalami drop out karena pengaruh lingkungan pergaulan.
6) Tempat kost
Bagi
yang berasal dari daerah lain atau kota lain, tempat kost adalah tempat yang
sangat menentukan. Ditempat kost itulah anda akan belajar, istirahat dan bahkan
bersosialisasi dengan lingkunganya.
7) Cinta dan pergaulan bebas
Problematik
yang palimg krusial yang paling banyak dialami oleh mahasiswa adalah masalah
cinta. Jatuh cinta, pacaran , patah hati adalah siklus klasik, yamg hampir
semua orang mengalaminya, termasuk mahasiswa. Namun dalam kennyataanya banyak
pula mahasiswa yang mengalami hambatan belajar di perguruan tinggi hanya karena
cinta.
- PERAN DOSEN
Mengenai
mutu pendidikan khususnya tingkat prestasi belajar selalu menjadi bahan
pembicaraan dari berbagai kalangan, baik birokrat, pemerhati, pengelola
perguruan tinggi maupun dari kalangan dosen. Pertanyaan mendasar yang diajukan,
adalah: Mengapa mahasiswa yang mempunyai tingkat prestasi belajar rendah cukup
besar, dapatkah tingkat prestasi tersebut ditingkatkan? Bila dapat bagaimana
cara meningkatkannya. Hal ini mungkin disebabkan karena mahasiswa belum melaksanakan
tugasnya secara optimal, demikian pula dosen belum melakukan perannya secara
ideal.
Akhir-akhir
ini di lingkungan perguruan tinggi muncul suatu tanggapan dari pimpinan
Universitas, fakultas maupun Jurusan tentang, efektivitas bimbingan akademis
mahasiswa dari para dosen. Banyak diantara para dosen selaku pembimbing akademi
belum melakukan perannya secara ideal. Pada umumnya mereka hanya memberikan
pengesahan Kartu Rencana Studi(KRS), mengevaluasi boleh dan tidaknya
mengikuti ujian atas dasar kehadiran kuliahnya hanya sekedar mengesahkan
beberapa jumlah Satuan Kredit Semester (SKS) yang boleh diambil dan mata kuliah
mana yang boleh diambil atas dasar Indeks Prestasi (IP) yang dicapai
sebelumnya, hanya sekedar mengesahkan beberapa jumlah SKS yang telah dicapai
guna persyaratan akademis tertentu
Para
ahli psikologi menyadari pentingnya bimbingan akademis dari para dosen dalam
rangka peningkatan prestasi belajar mahasiswa agar kualitas pendidikan
khususnya di Perguruan Tinggi dapat diperoleh secara optimal. Berdasarkan
kenyataan tersebut, maka pada makalah ini akan dibahas secara berturut-turut.
Peran dan fungsi ideal dosen.
Dalam
PP. 30 tahun 1990, tentang fungsi Perguruan Tinggi dengan itu pula PP 60
tahun 1999 Bab II pasal 2 tujuan pendidikan tinggi. Berdasarkan fungsi dan
tujuan yang termaktub dalam PP, maka seorang dosen sebagai salah satu anggota
civitas akademika perguruan tinggi memiliki peran dan fungsi yang sangat
strategis. Peran dan fungsi tersebut adalah:
a)
Dosen adalah sebagai organisator, artinya dosen harus mampu mengorganisir
kegiatan belajar mahasiswa sehingga mencapai keberhasilan belajar yang optimal.
b)
Dosen sebagai fasilitator artinya dosen harus mampu memberikan kebebasan bagi
mahasiswa dalam mengembangkan potensi yang dimilikinya, serta berusaha membina
kemandirian mahasiswa.
c)
Dosen sebagai innovator artinya pengetahuan yang disampaikan kepada mahasiswa
harus selalu Up To Date, dalam arti mampu menyerap nilai-nilai budaya yang
serba canggih, selalu mengkaji pengalaman, selalu mengkaji ilmu pengetahuan dan
teknologi, bersikap demokratis, memberikan kemungkinan kepada mahasiswa untuk
berkreasi dan dapat menemukan konsep dan prinsip sendiri serta membantu
mahasiswa dalam mencari sumber dan kegiatan belajar. Dosen sebagai penemu
artinya disamping tugas pokoknya mengajar, dosen juga harus melaksanakan
penelitian baik yang berhubungan dengan kegiatan belajar mengajar maupun yang
sesuai dengan bidang keahliannya. Melalui penelitian ini diharapkan dosen mampu
menghasilkan temuan-temuan baru yang konstruktif untuk selanjutnya dapat
disumbangkan kepada penentu kebijakan melalui lembaganya masing-masing demi
kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi.
d)
Dosen sebagai teladan artinya yang memberi contoh bukan hanya cara berpikir
saja tetapi dalam hal bersikap, bertindak serta berprilaku.
e)
Dosen sebagai evaluator artinya: harus mengerti, memahami dan menguasai hakekat
evaluasi. Evaluasi di sini dapat dipergunakan secara tidak terbatas, meliputi
beberapa aspek kehidupan, tetapi juga dapat dipergunakan untuk
f)
melihat satu aspek saja, tetapi juga prestasinya. Perlu diperhatikan pula bahwa
evaluasi terhadap hasil belajar itu menunjukkan pula bagaimana prestasi
mengajar dosen.
g)
Dosen adalah sebagai pemandu artinya, menunjukkan jalan bagi perjalanan belajar
para mahasiswanya.
h)
Dosen sebagai pencipta, artinya dosen harus mampu menciptakan situasi dan
kondisi belajr yang kondusif, sehingga proses belajar mengajar berjalan dengan
baik.
i)
Dosen sebagai pengabdi dan pelayan bagi masyarakat, artinya dosen selain
mengajar juga melakukan pengabdian kepada masyarakat dengan ilmu pengatahuan
serta pengalaman dan segala potensi yang dimiliki sebgai sumbangsihnya untuk
kemajuan masyarakat.
j)
Dosen sebagai konsellor, artinya dosen harus mampu membantu mahasiswanya dalam
memecahkan kesulitan baik dalam kegiatan belajar maupun yang lainnya. Maka dari
itu seorang dosen harus memahami prinsip-prinsip bimbingan, memehami psikologi
belajar, teori belajar, juga tentang ilmu kesehatan jiwa.
- BIMBINGAN KARIR DI PERGURUAN TINGGI
Menurut
Herr, dkk. (1996:294) mengungkapkan hal-hal yang harus diperhatikan perguruan
tinggi dalam rangka mengembangkan pelayanan bimbingan karir terhadap mahasiswa,
yaitu :
1.
Komitmen Institusi
Agar
mahasiswa memiliki perencanaan yang baik terhadap karir dan kehidupannya di
masa akan dating, dibutuhkan komitmen/keteguhan hati yang sungguh-sungguh dari
lembaga pendidikan tinggi itu sendiri. Survey yang dilakukan Reardon, dkk(dalam
Herr, dkk. 1996:295) ditemukan program bimbingan karir yang dibutuhkan
mahasiswa diantaranya berkenaan dengan informasi pekerjaan, informasi
pendidikan yang sedang ditempuh, informasi pengungkapan diri mahasiswa,
pelatihan pengambilan keputusan, konseling kelompok berkenaan dengan karir,
dsb. Hal ini tentunya membutuhkan komitmen yang kuat dari seluruh komponen di
perguruan tinggi, termasuk pimpinan, dosen dan karyawan, untuk mengembangkan
karir mahasiswanya.
2.
Pertimbangan Perencanaan
Berhubungan
dengan kesegeraan bimbingan karir yang diberikan kepada mahasiswa, jangan
sampai informasi/pelayanan yang diberikan tidak lagi dibutuhkan oleh mahasiswa
dalam rangka pengembangan dirinya.
3.
Pelayanan yang Komplek
Meliputi
hal hal sebagai berikut :
a.
Career Advising
Hal
ini berkaitan dengan peran penasehat akademis dalam mencapai tujuan pendidikan
yang sedang ditempuh serta hubungan antara kurikulum program studi yang
ditempuh dengan kesempatan karir nantinya
b.
Konseling Karir
Konseling
karir merupakan bantuan yang diberikan oleh konselor dalam rangka membantu
mahasiswa untuk evaluasi diri dan pengentasan permasalahannya yang berkenaan
dengan karir.
c.
Perencanaan Karir
Merupakan
arahan yang akan dipakai mahasiswa dalam mengenal dunia kerja dan mengarah
kepadanya.
Ke
tiga komponen tersebut saling berhubungan dan akan bisa dilaksanan dengan
pembentukan lima komponen dalam universitas yaitu :
a.
Program universitas/perguruan tinggi dalam pendidikan karir secara terstruktur
dan komprehensif
b.
Badan/unit tertentu yang melayani untuk mahasiswa dan penasehat akademis dalam
rangka informasi karir dan penempatan karir
c.
Penasehat akademis dengan berbagai pengetahuannya.
d.
Pusat adminsitrasi pelayanan akademik yang secara sungguh-sungguh memiliki
waktu dan kemauan yang tinggi untuk membantu mahasiswa
e.
Badan/unit konseling dan penasehat akademik.
Tujuan
bimbingan karier adalah untuk membantu mahasiswa memahami perencanaan karier
dan proses penempatan setelah mereka menamatkan perguruan tinggi. untuk
mencapai tujuan tersebut diperlukan adanya:
1.
Bantuan dalam pemilihan bidang pelayanan utama
2.
Bantuan dalam penilaian diri dan analisis diri
3.
Bantuan dalam memahami dunia karier
4.
Bantuan dalam pengambilan keputusan
5.
Bantuan dalam memasuki dunia kerja
- PROGRAM BIMBINGAN KARIR DI PERGURUAN TINGGI
Menurut
Herr, dkk (1996, 300) mengemukakan bahwa program konseling kelompok, konseling
individual dan konseling teman sebaya merupakan pendekatan yang banyak
dilakukan dalam pemberian pelayanan bimbingan dan konseling karier. Prosedur
dan kegiatan yang dapat digunakan dalam menyusun pedoman karier dan konseling
mahasiswa perguruan tinggi ialah:
1.
Melakukan seminar karier dengan melibatkan lembaga penerima tenaga kerja
(konsumen) dengan mahasiswa dan PT.
2.
Menyusun program intensif yang dapat memberi pengalaman dalam beberapa disiplin
ilmu.
3.
Melakukan aplikasi instrumen, sebagai balikan bagi mahasiswa dalam upaya
pemahaman dirinya.
4.
Menugaskan mahasiswa melakukan interview kapada karyawan suatu pekerjaan.
5.
Kunjungan perpustakaan, bursa kerja dan pertemuan-pertemuan karier yang banyak
dilakukan pengusaha.
6.
Konselor menginformasikan berbagai jenis dan persyaratan berbagai macam
pekerjaan yang mungkin dapat dilamar mahasiswa setelah tamat kuliah.
Konselor
bekerja sama dengan program studi perlu memberikan dan menyediakan layanan
informasi karir, informasi ini dilakukan agar mahasiswa mampu mengenal secara
jelas arah pembinaan yang akan dijalani mahasiswa dan sekaligus memandang ke
depan tentang apa yang hendak dicapai dan diterapkan setelah lulus nantinya.
Walters dan Saddlemire (dalam Herr, 1996:292) menyatakan bahwa 85% dari
mahasiswa Universitas Negeri Green Bowling membutuhkan informasi karier,
berkenaan dengan :
a
Pekerjaan yang sesuai dengan dengan jurusan yang diambilnya
b
Tempat dan personil yang dapat membantu perencanaan karier
c
Pengalaman langsung dan kunjungan kerja serta kerja separoh waktu tentang
pekerjaan yang diyakininya.
d
Pemahaman diri (potensi diri) untuk memantapkan pilihan pekerjaan yang sesuai
dengan pensifatan yang dimilikinya.
e
Pengetahuan dan keterampilan tentang pasar kerja.
f
Membantu merencanakan perkuliahan yang fleksibilitas dalam memilih beberapa
pekerjaan yang berbeda
Selanjutnya,
informasi karir perlu dilengkapi dengan informasi lowongan karir yang
memperlihatkan “keberadaan” karir tersebut di lapangan, khususnya tentangjumlah
posisi yang ada, di mana lowongan itu ada, penerimaan masyarakat terhadap karir
tersebut, dan hal-hal lain yang perlu dikembangkan berkenaan dengan karir yang
dimaksudkan itu (Prayitno, 2007:7). Lebih jau, informasi setiap karir dapat
diuraikan lebih rinci lagi dengan mengembangkan berbagai tuntutan ataupun
kondisi yang dikehendaki dari orang-orang atau tenaga yang memiliki
kehendak/minat memasuki pekerjaan/karir yang dimaksudkan itu, seperti
persyaratan ijazah, umur dan jenis kelamin, penguasaan keterampilan dan
pengalaman, riwayat diri dan pekerjaan, kesehatan, kemampuan khusus dan lulus
seleksi. Dengan informasi karir yang diberikan tersebut, dapat memberikan
arahan yang nyata kepada mahasiswa tentang pekerjaan-pekerjaan apa saja yang
akan diampu.
Selain
informasi karir yang dimaksud, juga bisa diberikan informasi kepada mahasiswa
secara klasikal bagaimana mengembangkan dirinya secara optimal Contoh : Layanan
informasi tentang Meniti Karir, dengan bagian-bagian penjelasan berkenaan
dengan kenali diri, citra diri, yakin dan percaya terhadap diri, mengatur diri,
pengendalian diri, berpikir menang-menang, bersikap positif dan proaktif,
motivasi diri, sikapi pekerjaan dengan semangat yang tinggi, tingkatkan diri
secara berkelanjutan, dahulukan apa yang utama dan penting, selesaikan apa yang
telah anda mulai, mengelola krisis secara kreatif, dan berdoa dan berserah diri
kepada tuhan yang maha kuasa (A. Muri Yusuf, 2002:88).
Bagi
mahasiswa di perguruan tinggi, pilihan dan penempatan mereka pada
program/jurusan yang sesuai dengan “siapa dia” sangat penting, karena pilihan
program studi yang tidak tepat akan mengakibatkan persiapan arah karir mereka
tidak berada pada jalur yang benar (A.Muri Yusuf, 2002:60), oleh karena itu
Konselor melalui lembaga yang menaunginya perlu memperhatikan hal ini.
Mayoritas
masalah mahasiswa ialah kemungkinan-kemungkinan bekerja sambil kuliah, ekonomi
orang tua lemah, kesulitan biaya hidup mempersiapkan diri mengikuti persaingan
untuk masuk kerja. Selain itu, perguruan tinggi perlu membentuk pusat tenaga
kerja, yang berusaha untuk memfasilitasi mahasiswa terhadap kebutuhan tenaga
kerja di lapangan (Herr, 1996:307).
BAB III
PENUTUP
A KESIMPULAN
Sebenarnya
belajar diperguruan tinggi bukan suatu pekerjaan yang berat, karena tidak
terlalu padat seperti belajar di SMA. diperguruan tinggi, mahasiswa hanya
mengikuti kuliah pada hari-hari dan jam-jam tertentu saja. kondisi tersebut
sebenarnya menguntungkan, karena mahasiswa dapat memanfaatkan waktu yang
tersedia dengan berbagai macam kegiatan, baik akademik maupun non akademik.
namun dalam kenyatanya ada saja problematik yang sering ditemui para mahasiswa,
seperti kesulitan mengikuti perkuliahan, kejenuhan dan kemalasan,kurang
motivasi, ketidakmampuan mengelola waktu, keuangan, pergaulan, indekost,
masalah cinta dll.
Untuk
mengatasi permasalahan mahasiswa tersebut diatas, maka seorang mahasiswa
dituntut minimal untuk mengatasi maslanya sendiri, yaitu melalui pembelajaran
yang efektif dan efesien, dismping itu juga kesadaran pribadi juga sangat
diperlukan selain kedisiplinan yang tinggi. Disamping itu juga peran dosen
sangat diperlukan dalam pengembangan mahasiswa diperguruan tinggi.
Bimbingan
dan konseling karier di perguruan tinggi luar negeri dan dalam negeri, ternyata
tidak ada perbedaan yang berarti, baik jenis layanan maupun isi layanan.
Baberapa kesimpulan yang dapat dirumuskan ialah:
a.
Pemahaman potensi diri (pensifatan), sebaiknya di ketahui sebelum memilih
program studi di perguruan tinggi dan memilih pekerjaan yang sesuai setelah
tamat di PT.
b.
Informasi tentang karier yang sesuai dengan program studi mahasiswa sangat
dibutuhkan, seperti peluang-peluang yang ada, persyaratan melamar pekerjaan,
tugas pokok dan fungsi pekerjaan, prospek pengambangan dan penggajian
c.
Peluang kerja separoh waktu (bekerja sambil belajar sangat diminati mahasiswa,
karena mereka umumnya datang dari keluarga yang kurang mampu).
d.
Pelayanan bimbingan dan konseling karier di perguruan tinggi sangat di butuhkan
mahasiswa. Kerja sama UPBK dan Unit Pelayanan Jass serta organisasi alumni akan
memperbesar dan memperluas informasi kerja berguna bagi mahasiswa.
Untuk
mengakomodir dan memberikan pelayanan bimbingan karir yang baik bagi mahasiswa
sehingga mampu berkembang dengan optimal, masing-masing perguruan tinggi perlu
membentuk lembaga khusus yang mewadahi untuk itu. Prayitno (2007:135)
mengungkapkan perguruan tinggi perlu membentuk Unit Pelayanan Konseling (UPK)
yang memberikan pelayanan konseling kepada mahasiswa dan klien-kliennya, baik
dari dalam maupun dari luar kampus. UPK ini akan mengelola pelayanan kepada
mahasiswa dalam arti luas yaitu, pelayanan pra perguruan tinggi, pelayanan era
perguruan tinggi dan pelayanan pasca perguruan tinggi. Pelayanan pra perguruan
tinggi diperlukan untuk menjangkau siswa-siswa SLTA yang akan memasuki PT
sebagai informasi awal tentang program studi yang akan diikuti sehingga mampu
merencanakan karir yang lebih baik dan sesuai dengan potensinya, pelayanan era
perguruan tinggi diberikan kepada mahasiswa yang sedang menjalani perkuliahan
di kampus, untuk lebih memantapkan pengembangan keilmuannya, sedangkan
pelayanan pasca perguruan tinggi diberikan terhadap alumni-alumni sebagai upaya
untuk memasuki dunia kerja.
B SARAN
Saran
penulis adalah agar mahasiswa sebisa mungkin mengatasi masalahnya sendiri, dan
jika tidak bisa mengatasi masalahnya, maka disarankan untuk berkonsultasi
dengan dosen pembimbing juga dosen wali, sehingga apa yang menjadi problema
dalam diri mahasiswa tersebut dapat terselesaikan. Sehingga apa yang menjadi
tujuan dari pendidikan indonesia pada umumnya dan tujuan pendidikan perguruan
tinggi pada khususnya dapat terwujud.
Demikian
makalah ini disusun, semoga ada manfaatnya dalam pengembangan kegiatan
pelayanan bimbingan dan konseling karier di Perguruan Tinggi.
DAFTAR PUSTAKA
A,
Hallen. 2002. Bimbingan dan Konseling. Jakarta: Ciputat Pers
A
Muri Yusuf, (2002). Kiat Sukses Dalam Karir. Ghalia Indonesia
A.Muri
Yusuf, (2006). Konseling Karier dalam Satuan Pendidikan dan Praktik Pribadi,
(Makalah). Padang, Universitas Negeri Padang.
Syah,
Muhibbin. 2003. Psikologi Belajar. Jakarta : PT Raja Grafindo.
Depdiknas,
2004. Dasar Standarisasi Profesi Konseling. Jakarta : Bagian Proyek Peningkatan
Tenaga Akdemik Dirjen Dikti
Sudarman,
Paryati. 2004. Belajar Efektif di Perguruan Tinggi. Bandung: Simbiosa
Rekatama Media.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar