BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Metode pengajaran nilai atau
norma masyarakat yang sudah dilaksanakan melalui proses pendidikan formal di
sekolah khususnya sekolah dasar disinyalir kurang berhasil memberikan dampak
positif terhadap pembentukan perilaku individu. Ditandai masih banyak
dijumpainya perilaku yang tidak sesuai dengan norma masyarakat itu sendiri.
Serangkaian pola perilaku yang ada pada siswa sekolah dasar saat ini adalah
hasil dari proses belajar dari masa sebelumnya. Proses belajar individu sangat
dipengaruhi lingkungan tempat mereka berada. Lingkungan yang dimaksud
diantaranya rumah, sekolah, teman bermain dan masyarakat luas.
Salah satu upaya
menyelenggarakan pengajaran nilai yang efektif adalah dengan mendesain suatu
proses yang disesuaikan dengan karakter siswa dan tujuan pembelajaran tersebut.
Alih Peran ( Drama ) sebagai upaya pembelajaran nilai melalui pendekatan
bermain dan pen-drama-an suatu cerita yang mengandung pesan moral sesuai tema
cerita. Harapannya jika mengetahui dampak negatif secara konkrit dari suatu
perilaku maka akan menimbulkan kesan yang lebih nyata. Kemudian yang terjadi
adalah ada upaya nyata menjauhi perilaku tersebut.
Teater
adalah istilah lain dari drama, tetapi dalam pengertian yang lebih luas, teater
adalah proses pemilihan teks atau naskah, penafsiran, penggarapan, penyajian
atau pementasan dan proses pemahaman atau penikmatan dari public atau audience
(bisa pembaca, pendengar, penonton, pengamat, kritikus atau peneliti). Proses
penjadian drama ke teater disebut prose teater atau disingkat berteater. Teater
bisa diartikan dengan dua cara yaitu dalam arti sempit dan dalam arti luas.
Teater dalam arti sempit adalah sebagai drama (kisah hidup dan kehidupan
manusia yang diceritakan di atas pentas, disaksikan orang banyak dan didasarkan
pada naskah yang tertulis). Dalam arti luas, teater adalah segala tontonan yang
dipertunjukkan di depan orang banyak contohnya wayang orang, ketoprak, ludruk
dan lain-lain.
B.
Rumusan
Masalah
-
Apa Itu Alih Peran Atau Drama ?
-
Bagaimana Alih Peran atau Drama yang
Diterapkan disekolah?
-
Bagaimana
Metode Alih Peran (Drama) dalam Bimbingan?
-
Apa manfaat Dari Alih Peran atau Drama?
C.
Tujuan
-
Untuk Mengetahui Alih Peran Atau Drama.
-
Untuk Mengetahui Alih Peran Atau Drama
yang Diterapkan.
-
Untuk Mengetahui Metode Alih Peran
(Drama) dalam Bimbingan.
-
Untuk Mengetahui Manfaat dari Alih
Peran.
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Alih Peran ( Drama )
Alih Peran ( Drama ) adalah istilah lain dari drama,
tetapi dalam pengertian yang lebih luas, teater adalah proses pemilihan teks
atau naskah, penafsiran, penggarapan, penyajian atau pementasan dan proses
pemahaman atau penikmatan dari public atau audience (bisa pembaca, pendengar,
penonton, pengamat, kritikus atau peneliti). Proses penjadian drama ke teater
disebut proses teater atau disingkat berteater.
Teater bisa diartikan dengan dua cara yaitu dalam
arti sempit dan dalam arti luas. Teater dalam arti sempit adalah sebagai drama
(kisah hidup dan kehiudpan manusia yang diceritakan di atas pentas, disaksikan
orang banyak dan didasarkan pada naskah yang tertulis). Dalam arti luas, teater
adalah segala tontonan yang dipertunjukkan di depan orang banyak contohnya
wayang orang, ketoprak, ludruk dan lain-lain.
B.
Penerapan
Alih Peran ( Drama ) Disekolah
Penerapan Alih peran atau drama dalam dunia
pendidikan sangat baik bagi siswa sekolah dasar serta memperbaiki norma umum
masyarakat pada siswa dalam rangka memberikan terapi terhadap pola perilaku
mal-adaptif yang tampak pada siswa sekolah dasar. Perilaku mal-adaptif adalah
keadaan dimana siswa sekolah dasar kurang bisa menerapkan tugas-tugas
perkembangan yang seharusnya dilakukan. Dengan diterapkannya Alih peran atau
drama disekolah dasar bisa mengurangi kekerasan dan perkelahian yang sering
terjadi antara siswa sekolah dasar.
Pengajaran
drama diklasifikasikan ke dalam dua golongan yaitu pengajaran teks drama yang
termasuk sastra dan pementasan drama yang termasuk teater. Dalam proses
bimbingan kedua proses tersebut dilakukan bertujuan siswa dapat menangkap makna
yang terdapat dari cerita atau peran yang dimainkan. Bermain peran adalah
pementasan drama yang sangat sederhana dengan peran yang diambil dari kehidupan
nyata sehari-hari.
C. Metode
Alih Peran ( Drama ) dalam Bimbingan
Bimbingan
adalah proses bantuan yang diberikan kepada individu dalam menghindari atau
mengatasi kesulitan-kesulitan dari dalam kehidupannya agar individu dapat
mencapai kesejahteraan hidup (Bimo Walgito, 2004). Dalam proses bantuan kepada
individu tersebut terdapat serangkaian instrumen, media dan metode. Salah satu
metode yaitu alih peran (drama). Alih Peran ( Drama ) sebagai proses terapi
adalah bantuan dengan cara individu atau kelompok diberikan bentuk cerita
tertentu untuk diperankan. Harapannya individu dapat mengambil makna dan pesan
moral yang implisit maupun eksplisit dari cerita tersebut. Pendekatan ini
dipilih karena dianggap sesuai dengan tingkat perkembangan siswa.
Pola-pola
hubungan stimulis-respon atau sebab-akibat dari suatu perbuatan akan secara
realistis dapat dilihat dan dirasakan. Siswa diharapkan mendapatkan pemahaman
dari terapi yang muaranya melakukan perubahan pada perilaku mal-adaptif yang
nampak.
D. Manfaat
Alih Peran ( Drama )
Manfaat
dari penerapan alih peran ( drama ) sangat tergantung penerapan dan kontribusi
dari lingkungan sekolah, keluarga maupun masyarakat. Jika semua aspek tersebut
mendukung akan alih peran atau drama yang diterapkan disekolah dasar akan
berdampak positive bagi para siswa sekolah dasar tersebut untuk menghindari
perilaku mal-adaptif yang selama ini sering di jumpai disekolah – sekolah
dasar. Perilaku mal-adaptif tersebut sangat merugikan bagi siswa sekolah dasar
yang tidak dapat melaksanakan tugas perkembangan, yang seharusnya tugas
perkembangan tersebut berkembang dengan baik.
Adapun contoh dari perilaku
mal-adaptif yang sering dijumpai disekolah dasar.:
1.
Mengucapkan kata-kata kasar dan kotor.
2. Menyakiti (memukul) teman lain
yang cenderung normatif terutama wanita
3. Membuat gaduh di
kelas saat proses pembelajaran.
4.
Mengambil barang orang lain.
5. Merusak fasilitas
sekolah yang ada.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Alih
Peran ( Drama ) sebagai salah satu metode bimbingan akan sia-sia jika dalam
pelaksanaannya tanpa dukungan faktor-faktor ubahan lain dalam pembentukan pola
perilaku siswa.. Setiap lingkungan perkembangan siswa memberikan kontribusi
pada perkembangan tersebut. Usaha dari sekolah hendaknya mendapat dukungan dari
lingkungan diluarnya.
Alih
peran (drama) yang dilaksanakan sesuai prosedur yang benar pun belum pasti
merubah perilaku mal-adaptif, tetapi setidaknya memberikan pengalaman dan kesan
konkrit pada siswa. Pengalaman yang menarik dan berkesan akan lebih lama
disimpan dalam ingatan. Siswa setidaknya memiliki ingatan pemikiran bahwa
setiap perbuatan baik yang dilakukan akan memberikan konsekuensi logis yang
setimbang. Demikian juga sebaliknya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar