Minggu, 05 Juni 2016

Psikologi Abnormal - Hipokondria


BAB 1
PENDAHULUAN
A.    Pengertian
      Hipokondriasis merupakan kondisi kecemasan kronis dimana penderita selalu merasa ketakutan terhadap kondisi kesehatannya sendiri. Contohnya Si penderita merasa yakin sekali bahwa dirinya mengidap penyakit yang parah (serius).
      Hipokondriasis juga adalah hasil interpretasi pasien yang tidak realistis dan tidak akurat terhadap simtom atau sensasi, sehingga mengarah pada preokupasi dan ketakutan bahwa mereka memiliki gangguan yang parah bahkan meskipun tidak ada penyebab medis yang ditentukan.
ContohKasus :
Ny. Wati 40 tahun, datang ke psikiater atas rujukan dari seorang dokter ahli penyakit dalam. Menurut keterangan dokter yang merujuk, Ny. Wati datang untuk menjalani pemeriksaan karena ada sesuatu yang mengganjal di tenggorokannya. Namun hasil pemeriksaan menunjukkan tidak ada ditemukan kelainan apapun padanya. Ketika hal ini diberitahukan pada Ny. Wati, ia pun meminta dokter memberi surat penandatanganan dan dapat menjalani pemeriksaan lengkap. Berdasarkan keterangan Ny. Wati sendiri, ia mengaku sudah merasa kan adanya sesuatu yang mengganjal di tenggorokannya sejak 3 bulan terakhir. Ny. Wati menduga ia terkena kanker atau penyakit lainnya. Ia sempat kedokter umum, beberapa ahli THT dan 2 orang ahli penyakit dalam termasuk dokter yang merujuk  untuk mengetahui penyakitnya.
Namun tidak ada seorang pun dokter yang mengetahui penyakitnya, dan ini sangat mengecewakan bagi Ny. Wati. Sebab ia merasa hidupnya tidak tenang, khawatir terus dan tidak dapat melakukan aktivitas dengan baik, karena memikirkan tentang penyakitnya ini, dan kemungkinan bahwa ia akan terkena kanker seperti kakak kandungnya.

BAB II
PEMBAHASAN
B.     Defenisi
Gangguan dengan adanya perhatian berlebihan terhadap kesehatan secara umum atau integritas dan fungsi dari beberapa bagian tubuh, disertai dengan ansietas dan depresi, penolakan terhadap nasehat yang membesarkan hati dan pemeriksaan medis yang normal, khawatir akan gejala-gejala penyakit tertentu mungkin bersifat obsesif.
C.    Pandangan Teori
Teori kognitif dan perilaku ( Cognitive and Behavioral Perspective ). Menurut perspektif Cognitive Behavioral Hipokondria dapat disebabkan oleh pengalaman masa lalu individu dengan suatu penyakit ( baik diri mereka dan orang lain, dan seperti yang diamati dalam media massa ) yang mengarah pada pengembangan dari seperangkat asumsi disfungsional tentang gejala dan penyakit, sehingga hal tersebut mempengaruhi seseorang untuk menderita hipokondria. ( Bouman, Eifert, & Lejuez, 1999 Salkovskis & Bass, 1996 : Salkovskis & Warwick, 2001 ) karena asumsi disfungsional tersebut, individu dengan hipokondria tampaknya memusatkan perhatian berlebihan pada gejala, dengan bukti eksperimen mental terbaru menunjukkan bahwa orang-orang yang sebenarnya memiliki perhatian untuk informasi penyakit yang berhubungan. Selain itu mereka juga merasakan gejala mereka sebagai penyakit yang lebih bahaya dari pada yang sebenarnya dan menilai penyakit tertentu menjadi lebih mungkin atau lebih berbahaya dari pada yang sebenarnya. Setelah mereka salah menafsirkan gejala tersebut, mereka cenderung mencari dan mengkonfirmasikan bukti, kemudian meragukan bukti bahwa mereka berada dalam kesehatan yang baik (sehat), bahkan mereka tampaknya percaya bahwa menjadi sehat berarti benar-benar bebas dari gejala penyakit. ( Rief, Hiler & Margarf, 1998 ).


D.    Gejala-gejala dan Ciri-ciri
A.    Gejala-gejala dari Hipokondriasis ini adalah :
1.       Misinterpretasi gejala-gejala tubuh
Orang hipokondriakal meningkatkan dan membesarkan sensasi somatiknya. Mereka memiliki ambang dan toleransi yang lebih rendah dari umumnya terhadap gangguan fisik, dan menjadi tersinyal oleh hal tersebut karena skema kognitif yang keliru.
2.      Model belajar sosial
Gejala hipokondriasis dipandang sebagai keinginan untuk mendapatkan peranan sakit oleh seseorang untuk menghadapi masalah yang tampaknya berat dan tidak dapat dipecahkan.
3.       Varian dari gangguan mental lain
Gangguan yang paling sering dihipotesiskan berhubungan dengan hipokondriasis adalah gangguan depresif dan gangguan kecemasan.
4.       Psikodinamika
Menyatakan bahwa harapan agresif dan permusuhan terhadap oranglain dipindahkan (melalui represi dan pengalihan) kepada keluhan fisik.Hipokondriasis juga dipandang sebagai pertahanan dan rasa bersalah, rasa keburukan yang melekat, suatu ekspresi harga diri yang rendah, dan tanda perhatian terhadap diri sendiri (self-concern) yang berlebihan.
B.      Ciri-ciri dari Hipokondriasis ini adalah :
1.      Merasakan kurang enak pada bagian-bagian tubuh tertentu seperti perut,dada,kepala,alat kelamin atau di tempat-tempat lain.
2.       Namun,Ia tidak dapat memberikan gambaran jelas tentang sintom-sintomnya itu.
3.      Selain itu, Ia juga senantiasa was-was dan sangat peka dengan tanda-tanda adanya penyakit baru.
4.      Lazimnya seorang hipokondria akan senang membaca buku atau artikel tentang kesehatan, lalu merasa yakin bahwa dirinya mengidap penyakit tertentu yang baru di bacanya.


E.     Faktor Penyebab
Faktor-faktor penyebab Hipokondriasis juga bermacam-macam antara lain :
1.      Perhatian yang berlebihan pada fungsi-fungsi tubuh di masa kecil, entah karena meniru orang tua atau karena pernah sakit keras sehingga menjadikan yang bersangkutan pusat perhatian di keluarganya. dengan kata lain, hipokondriasis merupakan gangguan khas orang-orang yang haus perhatian dari orang lain.
2.      Frustasi tertentu sebagai faktor pencetus. Misalnya seorang gadis yang tiba-tiba mengeluh menderita macam-macam penyakit sesudah putus hubungan dengan tunangannya.
3.      Perbuatan yang diperoleh dari lingkungan sosial. Misalnya karena mendapatkan pengalaman yang menyenangkan waktu menderita sakit, selanjutnya seorang anak mulai mengeluh. Menderita macam-macam penyakit setiap kali menghadapi tantangan hidup.
4.      Seorang hipokondria sangat suka ditolong. Bila keluhan-keluhan disangkal sudah karena memang tidak terbukti, maka ia akan merasa kurang atau tidak dipercaya dan segera akan memutuskan hubungan terapi dengan psikiater dengan konselor.

F.     Penanganan atau Pencegahan
1.      Pencegahan :
Tidak ada cara yang pasti untuk mencegah hipokondriasis menangani hipokondriasis sejak dini bisa mengurangi dampak buruk pada kehidupan penderita.
2.      Pengobatan :
Pengobatan untuk hipokondriasis bisa sulit di lakukan karena penderita percaya bahwa telah terjadi sesuatu yang salah di dalam dirinya, penjelasan tidak bisa mengubah keyakinan ini. Namun, adanya hubungan dengan dokter yang dapat di percaya dan bisa mendukung sangatlah bermanfaat, terutama jika penderita melakukan konsultasi secara teratur. Jika gejala-gejala yang ada tetap di rasakan tidak membaik, maka sebaiknya penderita dialihkan atau dirawat oleh seorang psikiater atau dokter spesialis kesehatan jiwa  untuk evaluasi dan penanganan lebih lanjut.

BAB III
PENUTUP

Hipokondriasis adalah suatu gangguan neurotik yang ditandai dengan focus gejala yang lebih ringan dari pada kepercayaan bahwa ia menderita penyakit tertentu. Hipokondriasis merupakan kondisi kecemasan kronis dimana penderita selalu merasa ketakutan terhadap kondisi kesehatannya sendiri. Contohnya Si penderita merasa yakin sekali bahwa dirinya mengidap penyakit yang parah (serius). Ciri utama gangguan ini adalah adanya keluhan-keluhan gejala fisik yang berulang disertai permintaan pemeriksaan medik, meskipun sudah berkali-kali terbukti hasilnya negative dan juga telah dijelaskan oleh dokternya bahwa tidak terjadi kelainan yang mendasari keluhannya. Penata laksanaan hipokondriasis meliputi pencatatan gejala, tinjauan psikososial, dan psikoterapi. Hipokondriasis berlangsung episodik, dimana setiap episode berlangsung beberapa bulan sampai beberapa tahun dan dipisahkan oleh episode tenang yang sama panjangnya. Prognosis baik berhubungan dengan status sosial ekonomi yang tinggi, awal yang tiba-tiba,tidak adanya gangguan kepribadian, dan tidak adanya kondisi medis non psikiatri yang menyertai.


DAFTAR PUSTAKA

 

CLINIC, MAYO. HYPOCHONDRIASIS. 2010.
Dr.A.Supratiknya. Mengenal Perilaku Abnormal.
P, KATHARINE A. HYPOCHONDRIASIS. 2008.

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar