BAB 1
PENDAHULUAN
A.
Pengertian
Hipokondriasis merupakan kondisi
kecemasan kronis dimana penderita selalu merasa ketakutan terhadap kondisi
kesehatannya sendiri. Contohnya Si penderita merasa yakin sekali bahwa dirinya
mengidap penyakit yang parah (serius).
Hipokondriasis juga adalah hasil
interpretasi pasien yang tidak realistis dan tidak akurat terhadap simtom atau sensasi,
sehingga mengarah pada preokupasi dan ketakutan bahwa mereka memiliki gangguan
yang parah bahkan meskipun tidak ada penyebab medis yang ditentukan.
ContohKasus :
Ny. Wati 40 tahun, datang ke psikiater atas rujukan dari seorang dokter ahli penyakit dalam. Menurut keterangan dokter yang merujuk, Ny. Wati datang untuk menjalani pemeriksaan karena ada sesuatu yang mengganjal di tenggorokannya. Namun hasil pemeriksaan menunjukkan tidak ada ditemukan kelainan apapun padanya. Ketika hal ini diberitahukan pada Ny. Wati, ia pun meminta dokter memberi surat penandatanganan dan dapat menjalani pemeriksaan lengkap. Berdasarkan keterangan Ny. Wati sendiri, ia mengaku sudah merasa kan adanya sesuatu yang mengganjal di tenggorokannya sejak 3 bulan terakhir. Ny. Wati menduga ia terkena kanker atau penyakit lainnya. Ia sempat kedokter umum, beberapa ahli THT dan 2 orang ahli penyakit dalam termasuk dokter yang merujuk untuk mengetahui penyakitnya.
Ny. Wati 40 tahun, datang ke psikiater atas rujukan dari seorang dokter ahli penyakit dalam. Menurut keterangan dokter yang merujuk, Ny. Wati datang untuk menjalani pemeriksaan karena ada sesuatu yang mengganjal di tenggorokannya. Namun hasil pemeriksaan menunjukkan tidak ada ditemukan kelainan apapun padanya. Ketika hal ini diberitahukan pada Ny. Wati, ia pun meminta dokter memberi surat penandatanganan dan dapat menjalani pemeriksaan lengkap. Berdasarkan keterangan Ny. Wati sendiri, ia mengaku sudah merasa kan adanya sesuatu yang mengganjal di tenggorokannya sejak 3 bulan terakhir. Ny. Wati menduga ia terkena kanker atau penyakit lainnya. Ia sempat kedokter umum, beberapa ahli THT dan 2 orang ahli penyakit dalam termasuk dokter yang merujuk untuk mengetahui penyakitnya.
Namun tidak
ada seorang pun dokter yang mengetahui penyakitnya, dan ini sangat mengecewakan
bagi Ny. Wati. Sebab ia merasa hidupnya tidak tenang, khawatir terus dan tidak
dapat melakukan aktivitas dengan baik, karena memikirkan tentang penyakitnya
ini, dan kemungkinan bahwa ia akan terkena kanker seperti kakak kandungnya.
BAB II
PEMBAHASAN
B.
Defenisi
Gangguan
dengan adanya perhatian berlebihan terhadap kesehatan secara umum atau
integritas dan fungsi dari beberapa bagian tubuh, disertai dengan ansietas dan
depresi, penolakan terhadap nasehat yang membesarkan hati dan pemeriksaan medis
yang normal, khawatir akan gejala-gejala penyakit tertentu mungkin bersifat
obsesif.
C.
Pandangan
Teori
Teori kognitif
dan perilaku ( Cognitive and Behavioral
Perspective ). Menurut perspektif Cognitive Behavioral Hipokondria dapat
disebabkan oleh pengalaman masa lalu individu dengan suatu penyakit ( baik diri
mereka dan orang lain, dan seperti yang diamati dalam media massa ) yang
mengarah pada pengembangan dari seperangkat asumsi disfungsional tentang gejala
dan penyakit, sehingga hal tersebut mempengaruhi seseorang untuk menderita
hipokondria. ( Bouman, Eifert, &
Lejuez, 1999 Salkovskis & Bass, 1996 : Salkovskis & Warwick, 2001 )
karena asumsi disfungsional tersebut, individu dengan hipokondria tampaknya
memusatkan perhatian berlebihan pada gejala, dengan bukti eksperimen mental
terbaru menunjukkan bahwa orang-orang yang sebenarnya memiliki perhatian untuk
informasi penyakit yang berhubungan. Selain itu mereka juga merasakan gejala
mereka sebagai penyakit yang lebih bahaya dari pada yang sebenarnya dan menilai
penyakit tertentu menjadi lebih mungkin atau lebih berbahaya dari pada yang
sebenarnya. Setelah mereka salah menafsirkan gejala tersebut, mereka cenderung
mencari dan mengkonfirmasikan bukti, kemudian meragukan bukti bahwa mereka
berada dalam kesehatan yang baik (sehat), bahkan mereka tampaknya percaya bahwa
menjadi sehat berarti benar-benar bebas dari gejala penyakit. ( Rief, Hiler & Margarf, 1998 ).
D.
Gejala-gejala
dan Ciri-ciri
A. Gejala-gejala
dari Hipokondriasis ini adalah :
1. Misinterpretasi gejala-gejala tubuh
Orang hipokondriakal meningkatkan dan membesarkan sensasi somatiknya. Mereka memiliki ambang dan toleransi yang lebih rendah dari umumnya terhadap gangguan fisik, dan menjadi tersinyal oleh hal tersebut karena skema kognitif yang keliru.
Orang hipokondriakal meningkatkan dan membesarkan sensasi somatiknya. Mereka memiliki ambang dan toleransi yang lebih rendah dari umumnya terhadap gangguan fisik, dan menjadi tersinyal oleh hal tersebut karena skema kognitif yang keliru.
2. Model
belajar sosial
Gejala hipokondriasis dipandang sebagai keinginan untuk mendapatkan peranan sakit oleh seseorang untuk menghadapi masalah yang tampaknya berat dan tidak dapat dipecahkan.
Gejala hipokondriasis dipandang sebagai keinginan untuk mendapatkan peranan sakit oleh seseorang untuk menghadapi masalah yang tampaknya berat dan tidak dapat dipecahkan.
3. Varian dari gangguan mental lain
Gangguan yang paling sering dihipotesiskan berhubungan dengan hipokondriasis adalah gangguan depresif dan gangguan kecemasan.
Gangguan yang paling sering dihipotesiskan berhubungan dengan hipokondriasis adalah gangguan depresif dan gangguan kecemasan.
4. Psikodinamika
Menyatakan bahwa harapan agresif dan permusuhan terhadap oranglain dipindahkan (melalui represi dan pengalihan) kepada keluhan fisik.Hipokondriasis juga dipandang sebagai pertahanan dan rasa bersalah, rasa keburukan yang melekat, suatu ekspresi harga diri yang rendah, dan tanda perhatian terhadap diri sendiri (self-concern) yang berlebihan.
Menyatakan bahwa harapan agresif dan permusuhan terhadap oranglain dipindahkan (melalui represi dan pengalihan) kepada keluhan fisik.Hipokondriasis juga dipandang sebagai pertahanan dan rasa bersalah, rasa keburukan yang melekat, suatu ekspresi harga diri yang rendah, dan tanda perhatian terhadap diri sendiri (self-concern) yang berlebihan.
B. Ciri-ciri dari Hipokondriasis ini adalah :
1. Merasakan
kurang enak pada bagian-bagian tubuh tertentu seperti perut,dada,kepala,alat
kelamin atau di tempat-tempat lain.
2. Namun,Ia tidak dapat memberikan gambaran jelas
tentang sintom-sintomnya itu.
3.
Selain itu, Ia juga
senantiasa was-was dan sangat peka dengan tanda-tanda adanya penyakit baru.
4.
Lazimnya seorang
hipokondria akan senang membaca buku atau artikel tentang kesehatan, lalu
merasa yakin bahwa dirinya mengidap penyakit tertentu yang baru di bacanya.
E.
Faktor Penyebab
Faktor-faktor
penyebab Hipokondriasis juga bermacam-macam antara lain :
1.
Perhatian yang
berlebihan pada fungsi-fungsi tubuh di masa kecil, entah karena meniru orang
tua atau karena pernah sakit keras sehingga menjadikan yang bersangkutan pusat
perhatian di keluarganya. dengan kata lain, hipokondriasis merupakan gangguan
khas orang-orang yang haus perhatian dari orang lain.
2.
Frustasi tertentu
sebagai faktor pencetus. Misalnya seorang gadis yang tiba-tiba mengeluh
menderita macam-macam penyakit sesudah putus hubungan dengan tunangannya.
3.
Perbuatan yang
diperoleh dari lingkungan sosial. Misalnya karena mendapatkan pengalaman yang
menyenangkan waktu menderita sakit, selanjutnya seorang anak mulai mengeluh. Menderita
macam-macam penyakit setiap kali menghadapi tantangan hidup.
4.
Seorang hipokondria sangat
suka ditolong. Bila keluhan-keluhan disangkal sudah karena memang tidak terbukti,
maka ia akan merasa kurang atau tidak dipercaya dan segera akan memutuskan hubungan
terapi dengan psikiater dengan konselor.
F.
Penanganan atau Pencegahan
1.
Pencegahan :
Tidak
ada cara yang pasti untuk mencegah hipokondriasis menangani hipokondriasis
sejak dini bisa mengurangi dampak buruk pada kehidupan penderita.
2.
Pengobatan :
Pengobatan
untuk hipokondriasis bisa sulit di lakukan karena penderita percaya bahwa telah
terjadi sesuatu yang salah di dalam dirinya, penjelasan tidak bisa mengubah
keyakinan ini. Namun, adanya hubungan dengan dokter yang dapat di percaya dan
bisa mendukung sangatlah bermanfaat, terutama jika penderita melakukan
konsultasi secara teratur. Jika gejala-gejala yang ada tetap di rasakan tidak
membaik, maka sebaiknya penderita dialihkan atau dirawat oleh seorang psikiater
atau dokter spesialis kesehatan jiwa untuk evaluasi dan penanganan lebih lanjut.
BAB III
PENUTUP
Hipokondriasis
adalah suatu gangguan neurotik yang ditandai dengan focus gejala yang lebih ringan dari pada kepercayaan bahwa ia menderita penyakit tertentu. Hipokondriasis
merupakan kondisi kecemasan kronis dimana penderita selalu merasa ketakutan
terhadap kondisi kesehatannya sendiri. Contohnya Si penderita merasa yakin
sekali bahwa dirinya mengidap penyakit yang parah (serius).
Ciri utama gangguan ini adalah adanya keluhan-keluhan gejala fisik yang
berulang disertai permintaan pemeriksaan medik, meskipun sudah berkali-kali
terbukti hasilnya negative dan juga telah dijelaskan oleh dokternya bahwa
tidak terjadi kelainan yang mendasari keluhannya. Penata laksanaan hipokondriasis meliputi pencatatan gejala,
tinjauan psikososial, dan psikoterapi. Hipokondriasis berlangsung
episodik, dimana setiap episode
berlangsung beberapa bulan sampai beberapa tahun dan dipisahkan oleh episode
tenang yang sama panjangnya. Prognosis baik berhubungan dengan status sosial ekonomi yang tinggi, awal yang
tiba-tiba,tidak adanya gangguan kepribadian,
dan tidak adanya kondisi medis non psikiatri yang menyertai.
DAFTAR PUSTAKA
CLINIC, MAYO.
HYPOCHONDRIASIS. 2010.
Dr.A.Supratiknya. Mengenal
Perilaku Abnormal.
P, KATHARINE A. HYPOCHONDRIASIS.
2008.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar